PROSES EKSEKUSI MATI ORANG PKI DI DESA MERGAYU KECAMATAN BANDUNG PADA TAHUN 1967
MAKALAH
Untuk memenuhi mata kuliah
Pengantar Ilmu Sejarah
yang dibina oleh Bapak Prof. Dr. Hariyono, M. Pd
dan ibu indah W.P. Utami S.Pd, S.Hum, M.Pd




Oleh
Ahmad Zulfikar Alfaiz
130731616738














UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Desember 2013








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada tanggal 30 september 1965 merupakan hari meletusnya peristiwa penculikan dan pembunuhan secara sepihak oleh PKI yang berada di Jakarta. Mereka membunuh orang-orang penting yang berkuasa pada saat itu. Bahkan para pemuka agamapun tidak luput dari pembunuhan itu.
PKI membunuh mereka secara sepihak dan dengan cara yang tragis. Banyak para pemuka agama yang dibunuh dengan cara digorok  pada saat itu. Tidak hanya itu, korban dari pembunuhan tersebut tidak mereka kuburkan dengan cara wajar.
Selain berpusat di Jakarta, pemberontakan PKI ini akhirnya menyebar sampai kepenjuru wilayah terutama di pulau jawa. Pemberontakan PKI pada saat itu juga terjadi di kabupaten Mediun. Puncak kejayaan PKI di Madiun itu juga memakan banyak korban, terutama dari tokoh pemuka agama.
Tentu saja daerah sekitar Madiun pada saat itu juga tidak luput dari pemberontakaan PKI termasuk kecamatan Bandung kabupaten Tulungagung yang banyak orang-orang yang memuja PKI bagaikan Tuhan mereka. Akan tetapi ini tidak bejalan lama karena ketika PKI yang berpusat di Jakarta dan Madiun itu sudah ditangani pemerintah akhirnya banyak dari anggota PKI yang di bunuh oleh orang-orang yang benci terhadap PKI terutama dari golongan santri. Oleh karena itu penulis ingin menulis mengenai proses pembasmian PKI terutama di Desa Mergayu Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung pada tahun 1967.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses masuknya PKI ke Desa Mergayu?
2.      Bagaimana proses pembasmian PKI di Desa Mergayu?
3.      Bagaimana keadaan Desa Mergayu setelah pembasmian PKI?


1.3  Tujuan
1.      Mengetahui proses masuknya PKI ke Desa Mergayu.
2.      Mengetahui proses pembasmian PKI di Desa Mergayu.
3.      Mengetahui keadaan Desa Mergayu setelah pembasmian PKI.

1.4  Metode Sejarah
1.      Heuristik
Dalam pengumpulan data untuk menyusun makalah ini penulis menggunakan metode wawancara kepada narasumber. Narasumber bernama Yadi (82 tahun) dari Desa Mergayu. Dari wawancara yang dilakukan pada hari minggu 30 November 2013 diperoleh beberapa data antara lain:
-          PKI di sekecamatan bandung sering mengadakan rapat ketika PKI masih berjaya.
-          Orang-orang yang ikut PKI sering memuja PKI bagaikan Tuhan.
-          Mereka melakukan doktrin di desa-desa di sekecamatan yang berpusat didesa suruhan Lor.
-          Orang-orang yang ikut PKI adalah yang dangkal agamanya.
-          Ketika PKI mendoktrin orang-orang untuk PKI pada saat itu juga Ormas Muhammadiyah yang berpusat di Desa Mergayu Melakukan siraman khalbu yang berkala.
-          Perlawanan kepada PKI dimulai ketika PKI di Jakarta dan Madiun sudah berhasil dilumpuhkan.
-          Banyak pemuka agama yang dibunuh ketika PKI masih berjaya menjadi penyebab kemarahan warga.
-          Banyak pemuka agama dan orang-orang penting yang bunuh dengan cara digorok bahkan sampai lehernya sampai putus.
-          Pengikut PKI terbanyak dari kecamatan Bandung adalah dari Desa Soto dan Desa Suruhan Lor.
-          Ada ketua umum PKI yang bermukim di Desa Suruhan Lor.
-          Dari Desa Mergayu ada 1 orang yang ikut PKI yang bernama Sam*di.
-          Ketika PKI sudah kalah Sam*di rajin sholat karena takut dibunuh.
-          Orang yang diangkat menjadi ketua PKI adalah orang yang pemberani, pandai berbicara, dan kurang dalam agama.
-          Pada saat itu belum ada pihak keamanan.
-          Ormas Muhammaadiyahlah yang mengordinasi penangkapan PKI di Kecamatan Bandung.
-          Semua orang dewasa diwajibkan untuk menjaga pos keamanan.
-          Para penjaga pos keamanan selalu membawa alat-alat tajam.
-          Setiap pos penjagaan dijagaa oleh sekita 15 orang.
-          Penjagaan dilakukan dengan cara bergilir.
-          Pembasmian PKI di Kecamatan Bandung dengan cara digorok seperti penyembelihan kambing.
-          Eksekusi mati PKI di Kecamatan Bandung dilakukan didua titik yakni sungai Kulon dan sungai di Suruhan Lor pada saat surut.
-          Ada seorang PKI yang disembelih ketika air sungai sudah besar.
-          Eksekusi mati dilakukan seperti penyembelihan kambing.
-          Setelah digorok mayat orang PKI ditimbun dengan tanah sampai tidak kelihatan jasadnya.
-          Pembasmian PKI ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan.
-          Setiap harinya ada sekitar 2 sampai 3  orang yang disembelih di desa mergayu.
-          Orang PKI hanya bisa menanti di rumah hingga waktunya disembelih tiba.
-          Orang PKI yang berani berontak atau kabur dari rumah akan disembelih ditempat itu juga ketika tertangkap.
-          Eksekusi mati dilakukan secara terjadwal.
-          Ada orang yang menjadi algojo eksekusi mati orang PKI.
Narasumber lain ialah Istiqomah(67 tahun) dari Desa Mergayu. Dari wawancara yang dilakukan pada hari minggu 30 November 2013 penulis mendapatkan beberapa data yakni:
-          Ketika PKI masih jaya samping rumahnya menjadi jalur orang PKI untuk rapat.
-          Ketika suaminya sedang mendapat giliraan jaga pos dia tidak berani keluar sama sekali bahkan untuk buang air kecil dilakukan didalam rumah.
-          Orang yang menjadi algojo eksekusi mati bernama Mujri dari Desa Bulus.
-          Pada saat itu yang mengkoordinasikan untuk menangkap PKI adalah Ormas Muhammadiyah.
-          Pusat PKI di Kecamatan Bandung adalah di Desa Suruhan Lor.
-          Eksekusi mati PKI dilakukan di sepanjang sungai Kulon dan sungai Suruhan Lor.
-          Prosesi eksekusi mati PKI dilakukan dimalam hari.
-          Ketika akan dieksekusi mati orang PKI dikawal beberapa orang yang membawa senjata tajam.
-          Orang PKI yang akan dieksekusi hanya ikut pasrah tanpa perlawanan.
-          Proses pemusnahan orang PKI di Kecamatan Bandung terjadi selama kurang lebih 2 bulan.
-          Prosesi eksekusi terjadi ketika musim kemarau (sungai sedang surut).
-          Bau yang ditimbulkna dari jasad yang sudah membangkai itu kira-kira 2 bulan.
-          Bau tidak sedap mulai menghilang setelah musim hujan yang menghanyutkan jenasah ke laut selatan.

2.      Kritik
a.       Narasumber
Narasumber pada makalah ini adalah Bapak Yadi yang berumr 82 tahun yang merupakan petani. Pada saat peristiwa pembasmian orang-orang yang terlibat PKI Beliau ikut serta langsung pada peristiwa tersebut.
Beliau dilahirkan di Tulungagung pada tahun 1931 pada saat pembasmian orang PKI umur Beliau sudah 36 tahun. Dilihat dari umur beliau pada saat itu informasi yang diberikan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan bahan diskusi untuk mengetahui kebenarannya.
Selain itu penulis juga mengambil narasumber lain sebagai pembanding yakni Istiqomah yang berumur 67 tahun yang berprofesi sebagai petani. Pada saat pristiwa itu berlangsung beliau menjadi sanksi langsung atas peristiwa ekseskusi mati orang PKI.
Beliau lahir di Tulungagung pada tahun 1946 pada saat eksekusi mati orang PKI terjadi beliau sudah berumur 21 tahun. Sehingga informasi yang diberikan beliau dapat diterima kebenarannya dan dapat dipertanggung  jawabkan.

b.      Data
Untuk data yang penulis dapatkan dari narasumber belum bisa dibandingkan kebenarannya dengan buku atau arsip sejarah karena jarang sekali buku atau arsip yang mengangkat tema tentang peristiwa eksekusi mati di Desa Mergayu. Akan tetapi secara umum penulis menemukan data yang masih berkaitan dengan eksekusi masi yang dilakukan kepada orang PKI yakni  dari Adam(2013:56-57) bahwa terjadi pembunuhan masal terhadap orang PKIyang terjadi diberbagai wilayah di Indonesia terutama di Jawa dan Bali. Pada buku tersebut disebutkan bahwa banyak orang PKI yang mati dibunuh oleh orang-orang yang benci dengan PKI. Sehingga penulis menganggap data ini cukup mendukung dengan hasil wawancara dengan narasumber.
3.      Interpretasi
Penafsiran saya mengenai data yang diperoleh dari narasumber dapat saya ambil kesimpulan bahwa  pada saat kejayaan PKI banyak orang PKI yang memunja PKI bagaikan tuhan, ketika itu pula banyak oaring yang takut dengan PKI terutama istri yang ditinggalkan suaminya berjaga di pos.
Dan ketika PKI di Madiun mulai kalah orang-orang mulai berani melawan PKI bahkan berujung eksekusi mati kepada orang PKI yang dilakukan oleh pemuka agama. Eksekusi mati yang dilakukan di Kecamatan Bandung berpusat di sungai Kulon dan sungai Suruhan Lor.
4.      Historiografi
Dalam penulisan kembali dan rekontruksi peristiwa eksekusi mati orang PKI di Desa Mergayu Kecamatan Bandung pada tahun 1967 melalui data yang didapat dari narasumber penulis memperiodisasikan peristiwa tersebut menjadi 3 pembahasan yakni proses masuknya PKI ke Desa Mergayu, proses eksekusi PKI di Desa Mergayu, dan keadaan Desa Mergayu setelah pembasmian PKI. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil penulisan kembali dan rekontruksi mengenai peristiwa tersebut berdasarkan data yang penulis dapat dari narasumberakn lebih jelas dibahas pada bagian berikutnya pada makalah ini.


BABII
PEMBAHASAN
PROSES EKSEKUSI MATI ORANG PKI DI DESA MERGAYU KECAMATAN BANDUNG PADA TAHUN 1967
2.1 Proses Masuknya PKI ke Desa Mergayu
Sebelum meletusnya peristiwa 30 september di Jakarta banyak dari orang PKI yang mengadakan doktrin-doktrin komunis kepada para orang terutama orang yang kurang kuat dalam agamanya. Ini terjadi diseluruh pelosok negeri ini, tidak terkecuali dengan Desa Mergayu yang banyak orang PKI yang diberikan doktrin-doktrin komunis oleh orang PKI. Menurut pak yadi orang PKI di Kecamatan Bandung sering melakukan rapat pada malam hari. Rapat itu dilakukan tertutup oleh orang PKI.
Ketua umum PKI di Kecamatan Bandung berpusat di Desa Suruhan Lor. Mereka melakukan semua aktifitas di desa itu. Banyak anggota PKI yang menyebar ke desa-desa sekecamatan guna menyebarkan doktrin komunis. Begitu juga dengan Desa Mergayu yang tidak luput dari doktrin tersebut.
Mereka mendatangi Desa mergayu dengan terus memuja PKI bagaikan Tuhan. Mereka melakukan ini secara terus menerus dan sasaran utama mereka adalah orang-orang yang lemah dalaam agama mereka.
Banyak orang dari desa Soto yang ikut doktri tersebut. Mereka ikut memuja dan menyebarkan doktrin komunis. Hanya 1 orang dari Desa Mergayu yang ikut doktrin tersebut. Akan tetapi Desa Mergayu tetap dijadikan sebagai Jalur PKI sehingga banyak orang yang takut terutama dari golongan wanita dan anak-anak.
Ketika  PKI sedang gencar-gencarnya melakuka doktrin kepada orang-orang ketika itu pula Ormas Muhammadiyah melakukan siraman khalbu dengan berkala


guna meminimalisir orang yang ikut dengan PKI sehingga hanya 1 orang saja yang ikut PKI dari Desa Mergayu.
2.2 Proses Pembasmian PKI di Desa Mergayu
Proses pembasmian PKI di Kecamatan Bandung terutama di Desa Mergayu bermula saat kekalahan PKI  di Madiun. Banyak orang yang dulunya takut terhadap PKI menjadi tidak takut lagi bahkan pada saat itu mulai banyak oraang ayng berani melawan PKI.
Banyak tokoh agama yang sangat membenci PKI terutama karena banyak dari pemuka agama yang dibunuh pada saat peristiwa di Jakarta dan Madiun. Ketika kekalahan PKI itulah mereka mulai melawan bahkan mulai ada penangkapan PKI dari orang-orang yang anti PKI yng di koordinir oleh Ormas Muhammadiyah.
Begitu juga orang-orang disetiap desa mulai diperketat penjagaannya agar desanya tidak menjadi tempat pelarian dari orang PKI. Disetiap batas desa mulai ada pos penjagaan dan disetiap posnya terdapt sekitar 15 orang yang menjaga. Itu dilakukan secara terjadwal.
Ketika itu mulailah eksekusi mati yang ditujukan kepada orang PKI. Setiap orang yang dicurigai ikut PKI akan dieksekusi mati. Orang yang dicurigai iku PKI adalah orang yang pada saat PKI jaya dia selalu memuji PKI seperti Tuhannya dan selalu ikut rapat yang dilakukan oleh PKI. Akan tetapi eksekusi tersebut tidak langsung dijalankan secara serempak melainkan secara terjadwal. Jadi pada saat itu orang yang terlibat PKI seakan-akan hanya menanti jadwal eksekusinya.
Dari desa Mergayu sendiri 1 orang yang ikut pada saat PKI jaya menjadi rajin sholat di masjid ketika orang PKI dieksekusi mati. Akhirnya karena hal itu akhirnya tidak dieksekusi mati.
Banyak orang yang dieksekusi mati di sungai Kulon yang terletak di Desa Mergayu. Ketika ada orang yang akan dieksekusi mati banyak orang desa yang mengawal. Orang yang mengawal itu juga dilengkapi dengan alat tajam. Ketika orang PKI melawan dia akan dieksekusi ditempat itu juga. Jadi orang PKI yang akan dieksekusi mati hanya pasrah tanpa ada perlawanan ketika dia akan dieksekusi mati. Begitu juga orang PKI yang berani melarikan diri dari rumahnya juga akan dieksekusi mati ditempat itu juga. Sehingga seakan-akan orang PKI pada saat itu hanya menanti giliran untuk dieksekusi mati.
Proses eksekusi mati dilakukan ketika malam hari. Eksekusi maati itu dilakukan dengan cara digorok seperti penyembelihan kambing. Setelah prosesi eksekusi itu mayatnya hanya ditimbun dengan tanah sampai jasadnya tidak terlihat. Orang yang banyak dieksekusi pada saat itu berasal dari desa Soto dan Suruhan Lor. Ini semua dilakukan ketika musim kemarau ketika sungai masih kering. Ini semua dilakukan selama sekitar 2 bulan dan setiap harinya sekitar 2 sampai 3 orang yang diesekusi di Desa Mergayu. Sehingga diperkirakan seratus lebih orang PKI yang dieksekusi selama 2 bulan itu, ini belum termasuk proses eksekusi yang dilakukan di sungai Suruhan Lor. Bau yang ditimbulkan akibat eksekusi mati ini cukup merebak sampai 2 bulan hingga hujan turun dan menghanyutkan jenasah oraang PKI ke laut selatan.
2.3 Keadaan Desa Mergayu Setelah Pembasmian PKI
            Keadaan Desa Mergayu setelah pembasmian PKI melalui eksekusi mati yang dilakukan selama 2 bulan itu menjadi lebih tenang. Orang yang dulunya pada malam hari tidak berani keluar menjadi lebih bebas keluar bhakan untuk melaksanakan shalat jama’ah di masjid orang juga menjadi lebih tenang karena PKI sudah tidak ada lagi.
            Istri dan anak-anak yang dulunya selalu takut keluar rumah terutama ketika suami sedang menjaga di pos menjadi lebih berani. Bahkan dulunya selalu buang air kecil didalam rumah karena ketakutan itu sekaraang menjadi lebih leluasa untuk nberaktifitas diluar rumah.
            Selain itu ketika prosesi eksekusi sudah selesai dan ketika itu juga masuk musim penghujan. Sehingga bau yang ditimbulkan akibat eksekusi mati yang dulunya merebak sampai kemana-mana menjadi berkurang bahkan hilang bersama mayat yang ikut arus sungai sampai laut selatan.





BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
-          Masuknya PKI di Desa Mergayu ketika PKI Berjaya, mereka melakukan doktrin komunis kepada orang-orang terutama orang yang kurang kuat dalaam agamanya.
-          Proses pembasmian PKI dilakukan dengan cara digorok yang dilakukan selama 2 bulan, prosesi ini di Kecamatan Bandung berpusat di Desa Mergayu dan Suruhan Lor.
-          Keadaan Desa Mergayu setelah peristiwa pembasmian PKI menjaadi lebih tenang dan tentram.
3.2  Saran
Dalam penulisan makalah ini mungkin banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sehingga makalah ini bisa lebih sempurna dan kebenarannya dapat diterima oleh orang banyak.








DAFTAR RUJUKAN
Narasumber :
1.      Nama                                 : Yadi
Tempat, Tahun Lahir         :Tulungagung, 1931
Alamat                             : RT : 03, RW: 01, Dusun Bakah, Desa Mergayu, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.
Peran dalam Peristiwa      : saksi hidup sekaligus berperan dalam pembasmian PKI di Kecamatan Bandung
2.      Nama                                 :Istiqomah
Tempat, Tahun Lahir         : tulungagung, 1946
Alamat                              : RT : 03, RW: 01, Dusun Bakah, Desa Mergayu, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.
Peran dalam Peristiwa      : saksi hidup pembasmian PKI di Kecamatan Bandung.
Buku
Adam, A, W. 2013. Sisi Sejarah yang Hilang Masa Transisi di Seputar Supersemar. Yogyakarta:Ombak.





Leave a Reply