CANDI
PRAMBANAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar-dasar Arkeologi
Yang dibina oleh Bapak Drs.Slamet Sujud
P.J
Oleh
Agus Mahardika Emas 130731607287
Ahmad Zulfikar Alfaiz 130731616738
Akhmad Robhirt R 130731615673
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
Oktober
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Arkeolog
adalah ilmu pengetahuan tentang peninggalan manusia zaman kuno...Dictionari
(dalam Rahman, 2007). Selain itu dalam kitab suci Al Qur’an juga di tuliskan
mengenai arkeologi sebagai berikut “Maka apakah mereka tidak mengadakan
perjalanan dimuka bumi lalu memparhatikan betapa kesudahan orang-orang yang
sebelum mereka adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat
kekuatanya dan (lebih banyak) bekes-bekas di muka bumi maka apa yang
merekausahakan satu tidak dapat menolong mereka” (Al- Mu’min 40:82).
Candi berasal dari salah
satu nama untuk Durga sebagai Dewi Maut. Sementara sarjana berpendapat bahwa
candi adalah bangunan pemakaman khusus untuk para raja dan orang-orang
terkemuka. Yang bdi kuburkan (bahasa Kawi; cinandi) disitu bukanlah mayat
melainkan sisa-sisa pembakaran mayat dan berbagai benda yang di
sertakan(Asmito, 1998).
Candi prambanan adalah
salah satu sumber arkeologi yang berada dijawa tengah, bercorak hindu berdiri saat wangsa sailendra yang terletak
didesa Karangasem, kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta(Riyanto,2007:88) selain itu Cleere(1989:10) berpendapat bahwa candi
prambanan adalah sumber arkeologi yang dimanfaatkan sebagai sarana wisata,
pemanfaatan ini merupakan salah satu dari tiga manfaat candi prambanan selain
manfaat akademik dan ideologik.
Candi
Prambanan merupakan salah satu objek yang diteliti oleh arkeologi. Sedangkan
arkeologi sendiri adalah ilmu pengetahuan yang merekontruksi kehidupan masa
lampau melalui benda-benda yang ditinggalkan (artefak, ekofak, dan fitur).
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah bentuk candi prambanan?
1.2.2 Bagaimanakah cara pemugaran candi prambanan?
1.2.3 Apa saja bentuk pengelolaan candi prambanan?
1.3
Tujuan
1.3.1 Mengetahui bentuk candi prambanan.
1.3.2 Mengetahui cara pemugaran candi prambanan.
1.3.3 Mengetahui bentuk pengelolaan candi prambanan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Bentuk Candi Prambanan
Candi prambanann adalah candi bercorak hindu yang terdapat di kabupaten
Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, bentuk candi prambanan adalah sebagaimana
yang di jelaskan di mitologi hindu yang paling dominan adalah bentuk atapnya
yang meruncing ke atas. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Asmito (1998:112)
sebagai berikut. Candi sebagai bangunan terdiri dari 3 bagian yaitu kaki candi,
tubuh candi dan atap candi. Sementar itu Purwadi (2011:23) mengatakan bahwa
ciri-ciri ragam candi jawa tengah ialah bentuk bangunanya tambun, atasnya
berundak-undak, puncak berbentuk ratna atau stupa, gawang pintu dan relung
berhias kalamakara, reliefnya timbul agak tinggi berlukisan naturalis, letak
candi di tengah halaman, menghadap ke timur, dan terbuat dari batu andesit.
Bedasarkan pernyataan para sejarawan di atas bisa di ambil kesimpulan bahwa
candi Prambanan berbentuk sama separti candi-candi lain yang ada di jawa tengah
dan itulah yang membedakan dengan candi yang berada di jawa Timur.
Candi prambanan
memiliki bangunan yang di pagari tembok keliling oleh deretan candi perwara
selain itu caandi ini memiliki dua candi apit didekat pintu masuk utara dan
selatan. Seperti yang dijelaskan oleh Purwadi(2011:27)
Gambaran tentang
gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Ciwagrha dapat dibandingkan
dengan kompleks candi Prambanan, memang gugusan candi yang dibangun pusatnya
dipagari tembok keliling dan dikitari oleh deretan cnadi perwara yang disusun
bersap hanya Candi Prambanan. Demikian pula disebutkan semua candi perwara sama
dalam bentuk dan ukuran. Hal lain yang menarik juga adalah 2 buah candi apit,
masing-masing di dekat pintu masuk utara dan selatan.
Candi Prambanan merupakaan candi
hindu yang terbesar di Jawa Tengah, namun seperti yang kita ketahui tentang
peninggalan berupa candi banyak di temukan
dalam
keadaan runtuh, begitu juga candi ini yang temukan dalam keadaan runtuh dan
hancur serta banyaak semak belukar tang tumbuh juga, ini disebabakan karena
candi ini telah ditinggalkan oleh pendukungnya beratus-ratus tahun lamanya.
Selain itu Candi in sering dikenal dengan nama candi Rara Jonggrang. Padahal
haal ini adalah kesalahan karena arca yang diduga sebagai arca Rara jonggrang
tersebut sebenarnya adalah arca Durga mahisa Suramardhini, arca ini berada di bagian bilik utara Candi
Siwa (Purwadi, 2011:24).
Candi Prambanan mempunyai tiga
halaman utama. Halaman pertama adalah halaman paling suci, halaman kedua
haalaman yang kedudukannya lebih renddah dari pada halaman pertama, dan halaman
yang ketiga halaman yang lebih rendah lagi dari halaman sebelumnya. Sehingga susunan
ini membentuk halaman yang mengarah pada pusat. Hal ini seperti yang dijelaskan
oleh Purwadi(2011:25-26)
Kompleks
Candi Prambanan mempunyai 3 halaman, yaitu halaman pertama berdenah bujur
sangkar, merupakan halaman paling suci karena halaman tersebut terdapat 3 candi
utama (Siwa, Wisnu, Brahma), 3 candi perwara, 2 candi apit, 4 candi kelir, 4
candi sudut/patok. Halaman kedua juga berdenah bujur sangkar, letaknya lebih
rendah dari halaman pertama. Pada halaman ini terdapat 224 buah candi perwara yang disusun
atas 4 deret dengan perbandingan jumlah 68, 60, 52, dan 44 candi. Susunan demikian
membentuk susunan yang konsentris menuju halaman pusat. Dengan demikian,
kompleks Candi Prambanan dibangun dalam suatu kesatuan konsep, yaitu Candi Siwa
sebagai sentral pemujaan arca Siwa Mahadewa sebagai arca utamanya. Hal ini
sesuai dengan pemberitaan dalam prasasti Ciwagrha tahun 856 M yang dikeluarkan
oleh Rakai Pikatan.
Candi ini merupakan
peninggalan dari agama hindu. Hal ini bisa dilihat dari susunan pantheon atau
arca-arca dan relief cerita yang dipahatkan. Selain itu candi ini memiliki
bilik-bilik yang didalamnya terdapat arca, dan arca siwa mahadewa sebagai pusat
pemujaan candi prambanan. Ini seperti yang dijelaskan oleh Purwadi(2011:27-28).
Sifat keagamaan candi Prambanan
yang Hinduistis itu antara lain dapat diketahui dari susunan pantheon atau
arca-arca dan juga relief-relief cerita yang dipahatkannya. Empat dari 6 candi
utama dan perwara yang ada dihalaman pertama di dalam bilik-biliknya terdapat
arca. Candi Siwa memiliki 4 bilik, yaitu bilik utama menghadap ke timur berisi
arca Siwa Mahadewa yang berdiri diatas yoni yang disangga oleh seekornaga. Arca
Siwa Mahadewa ini adalah sentral dari 28 pemujaan di Candi Prambanan. Bilik
yang kedua di bagian selatan berisi arca Siwa Mahaguru; bilik ketiga disisi
barat berisi arca Ganeca (anak Dewa Siwa) yang digambarkan bekepala gajah
berbadan manusia. Bilik keempat disisi utara berisi arca durga Mahisa
Suramardhini yaitu arca Durga (cakti/istri Siwa) yang berhasil mengalahkan
raksasa yang berwujud mahisa (lembu jantan).
Ada juga arca yang pada
candi ini tidak didapati perwaraannya karena ridak dijumpai arca didalamnya,
sehingga para ahli sepakat untuk menamai candi tersebut dengan nama candi A dan
candi B (Purwadi, 2011:29).
Candi ini memiliki seni
yang sangat menarik. Hal ini bisa dilihat pada arca relief dewa lokapala atau
biasa di sebut dengan delapan dewa penjaga arah mata angin, relief ini dipahat
di dinding luar kaki candi. Selain itu juga dinding dalam langkan candi Siwa, terdapat
relief yang menceritakan kisah ramayana dan kresnayana. Selain itu ada relief
yang sering disebut sebagai motif prambanan, yaitu seekor singa yang sedang
duduk dan diapit oleh pohon kehidupan atau sering disebut sebagai pohon
kapaltaru. Motif ini tidak ditemukan pada candi lain, sehingga motif ini sering
ddisebut sebagai motif prambanan. Motif lain yang banyak ditemukan pada candi
ini adalah motif pohon kapaltaru yang mengapit makluk dari kayangan yang sering
disebut kinara-kinari, yang digambarkan sebagai makluk yang memiliki kepala
manusia tetapi memiliki badan berupa seekor burung(Purwadi, 2011:29).
2.2
Cara Pemugaran Candi Prambanan
Adapun pemugaran
yang dilakukan untuk memperbaiki candi ini dilakukan dengan dua masa, yakni :
2.2.1
Pemugaran Pada Masa Kolonial
Pada
tahun 1885 Ir. J.W. Ijzeman, ketua Archaelogische sebagai peminang pertama
datang(Kempres, 1985:32 ; Santiko, 1992:3). Hal pertama yang dia lakukan untuk
pemugaran candi ini adalah membersihkan seluruh bangunan dari tanah dan
tumbuhan yang menutupi sebagian besar bagian candi.
Usaha
dari Ijzerman ini dilanjutkan oleh J. Groneman yang dilengkapi dengan foto
hasil karya Chepas, khususnya relief candi siwa. Namun demikian pemugaran yang
dilakukaan oleh Groneman ini mempunyai kekurangan tentang cara pemugaran yang
dilakukan tidak dengan sistematis sehingga pemugaran selanjutnya sulit unttuk
dilakukaan (Santiko, 1992:4; Haryono dkk, 2004:35)
Pada
tahun 1935 pemugaaran selanjutnay diberikan kepada P.V Van Romondt, dia adalag
seorang arsitek yang mempelajari tentang sejarah kesenian. Pada proses
pemugaran itu dia dibantu P.H. Van Coolwijk serta dua orang lainnya dari orang
Indonesia, yaitu Soehamir dan Samingun (Santiko, 1992:6-7; Ibrahim, 1996:41;
Haryono, dkk, 2004:6).
Pada
tahun 1942 belanda menyerah kepada kepada jepang dan pegawai-pegawai menjadi
tawanan sehingga pemugaran pada candi ini tidak bisa dilanjutkan. Hingga
pemugaran tersebut dilanjutkan oleh putra Indonesia sendiri. Ketika proklamasi
dilakukan, pemugaran pada candi ini dilakukan dengan gencar sampai mencapai
tinggi 32,5 meter (Sam, 1950:4)
2.2.1
Pemugaran Pada Masa Pasca Kemerdekaan
Pemugaran pada masa
awal kemerdekaan ini lebih parah karena dokumen dan arsip-arsip penting
lainnyaa hilang karena perang pada waktu aksi militer ke 2, setelah peristiewa
itu pemugaran dilakukan sampai atap keempat setinggi sekitar 35,25 meter (Sam,
1950:5 ; Ibrahim, 1996:41).
“Pada tanggal 6juni
1949 pemugaran mulai dilakukan kembali oleh bagian purbakala, Djawatan
Kebudajaan RI, dan hingga tahun 1950 telah mencapai tinggi 37,25” (Sam, 1950:6)
jadi pada atahun tersebut pemerintah Indonesia mulai menyadari akan pentingnya
candi. Hingga pada tahun 1953 pemugaran yang dilakukan ini dinyatakan sudah
selesai dilakukan dengan ditandai oleh terpasangnya puncak candi siwa dan
akhirnya diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia yakni Presiden Soekarno
pada tanggal 20 desember 1953 (Santiko, 1992:8; Ibrahim, 1996:41; Haryono,
2004:36)
Pada tahun 1951,
percobaan pemugaran candi Brahma dan Candi Wisnu, namun pemugaran ini tidak
berlangsung lama dan terhenti ketika Th. Aq. Soenarto memimpin pemugaran candi
Brahma (Ibrahim, 1996:41-43)
Pemugaran dan
penelitian yang terus dilakukan menghasilkan gambaran bahwa candi ini terdiri
dari tiga halaman, yaitu halaman luar, halaman tengah dan halaman pusat.
Halaamaan pusat ini terdiri dari :
1. Kelompok
Candi Utama yakni Candi Siwa, CandiBahma dan Candi Wisnu.
2. Kelompok
Candi Vahana, yang terdiri dari tiga bangunan, yaitu Candi Nandi, Candi A dan
Candi B.
3. Kelompok
Candi Apit terdiri atas dua bangunan yang mengapit tiga candi utama dan candi
vahana. Kedua candi ini saling mengapit satu dengan yang lain.
4. Kelompok
candi kelir, berjumlah empat bangunan yang masing-masing terletak dipintu masuk
halaman pertama.
5. Kelompok
candi sudut, terdiri dari empat bangunan yang masing-masing terletak di keempat
sudut halaman pertama (Subroto, 1993:4-5).
Hingga pada tahun 1991
pemugaran atas candi ini diarahkan pada kelompok candi Wahana dan berakhir pada
tahun 1993. Pemugaran ini dilandaskan kepada nialai kemanfaatan yakni: nilai
informatif, nilai estetis, nilai asosiatif, dan nilai wisata (Subroto, 1993:14)
2.3 Bentuk
Pengelolaan Candi Prambanan
Pelestarian candi
Prambanan merupakan tanggung jawab bersama UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) dan
masyarakat khususnya sebagai pemilik resmi situs-situs zaman sejarah dan
purbakala yang masih berdiri sampai sekarang. Saperti halya yang di unkapkan
oleh (Setyasuti, 2005:58-66) tugas pokok dan fungsi BP3 adalah melakukan
pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala. Dalam upaya pelestarian tersebut
meliputi beberapa
kegiatan, yaitu: Perlindungan, Pemeliharaan, Pemugaran, Dokumentasi, dan
Publikasi.
2.3.1 Candi Prambanan Sebagai Objek
Secara resmi, situs candi
prambanan di kenal sebagai objek wisata sejak 1980. Secara Yuridis Candi
Prambanan dan borobudur di kenal sebagai objek wisata oleh PT. Taman Wisata
Candi Borobudur dan bedasarkan Akte Notaris: Soeleman Ardjasasmita, S.H. Nomor
19 tanggal 15 juli 1980. Kemudian pada tahun 1992 kewiraan pengelolaan di
dukung dengan KEPPRES Nomor: 1 tahun 1992, tanggal 2 januari 1992. Dalam
perkembanganya, kawasan ratu boko pada tahun 1994 di jadikan sebagai
pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan ratu boko berdasarkan
Akta Notaris: Soekaimi, S.H. Nomor: 15 tanggal 3 Agustus 1994(Soebiarso,
2003).
Pada dasarnya pengelolaan
peninggalan zaman sejarah khususnya candi bisa dilakukan secara hukum dan
bermasyarakat karena semua situs tinggalan zaman sejarah adealah tanggung jawab
bersama khususnya warga negara Indonesia.
Latar belakang dari PT Taman
sebelumnya mempunyai tugas dasar sebagimana yang di uraikan oleh setyasuti
(2005:67) sebagai berikut. Sebagai pengelolaan Candi Prambanan Sebagai Objek
Wisata, keberadaan PT Taman wisata tidak terlepas dari proyek Pembangunan Taman
Wisata Candi Borobudur dan Prambanan yang di kembangkan pada sekitsr tahun
1070-an. Candi Borobudur dan Prambanan di kembangkan sebagai objek Wisata
melalui serangkaian study sejak tahun 1973 hingga 1979 dengan bantuan teknis
dari pemerintah Jepang.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.1.1
Bentuk dari candi prambanan mempunyai bentuk yang sama dengan ciri yang
dimiliki candi di Jawa Tengah.
3.1.2
Pemugaran yang dilakukan pada candi prambanan terjadi pada masa kolonial dan
masa pasca kemerdekaan.
3.1.3
Pelestarian candi
prambanan meliputi beberapa kegiatan, yaitu:Perlindungan, Pemeliharaan, Pemugaran,
Dokumentasi, dan Publikasi.
3.2
Saran
Makalah yang berjudul
Candi Prambanan semoga dapat bermanfaat untuk mahasiswa sebagai referensi dan
untuk masyarakat umum sebagai bahan wacana untuk menambahkan pengetahuan
tentang sejarah khususnya candi prambanan. Kami juga berharap kepada pembaca
jika ada kesalahan dalaam makalah ini bisa menyempurnakan menjadi lebih baik.
DAFTAR
RUJUKAN
Al-Qur’an.Al-
Mu’min 40:82
Asminto. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta:
IKIP-Semarang.
Cleere,
H. 1989. “Introducing: The Rationale of
Archaelogical Hentage Management”. London:Unwin Hyman.
Haryono,
T & dkk. 2004. Pelapukan Batu Candi
Siwa Prambanan Dan Upaya Penanganannya. Yogyakarta:BP3 Yogyakarta.
Ibrahim,
M. 1996. Komplek Candi Prambanan dari
Masa ke Masa. Jakarta:Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan
Sejarah dan Purbakala.
Kempres,
A.J. Bernet. 1985. Pembinaan Kembali
Candi Prambanan, Menyambut Tercapainya Puncak Candi Prambanan. Jakarta:Proyek
Penelitian Purbakala Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Purwadi. 2011. Sejarah Kebudayaan Jawa.
Yogyakarta:Pararaton.
Rahman, A. 2007. Ensiklopedi Ilmu dalam Al-Qur’an. Bandung:Mizani.
Riyanto,
S. 2007. Candi Prambanan:Pengelolaan dan
Potensi Persoalannya. Yogyakarta:balai arkeologi Yogyakarta.
Sam,
S. 1950. Riwayat Singkat Pembangunan
Tjandi Siwa Prambanan (Percandian Lara Djonggrang). Jakarta:Kementrian P.P
dan K. Djawatan Kebudayaan.
Santiko,
H. 1992. Candi Prambanan: Deskripsi,
Latar Belakang Agama Dan Masa Pendidirannya. Laporan Penelitian.
Jakarta:Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Setyasuti, A. 2005. Evaluasi
Kebijakan Pengelolaan Candi-candi di Kawasan Prambanan. Yogyakarta:Magister
Pariwisata Program Pascasarjana UGM.
Soebiarso, W. 2003. Pemanfaatan Candi Prambanan sebagai Objek Wisata Budaya. Makalah
disampaikan dalam raangka rapat koordinasi pelestarian candi prambanan sebagai
warisan budaya dunia di Prambanan, yogyakarta, 10-11 september 2003.
Subroto,
P & dkk. 1993. Candi Wahana,
Pelestarian dan Pemanfaatan. Yogyakarta:Panitia Pemugaran Candi Wahana
Candi Rara Jonggrang Prambanan. Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.