KAPAK PERSEGI PADA ZAMAN NEOLITIK DI INDONESIA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar-dasar Arkeologi
Yang dibina oleh Bapak Drs.Slamet Sujud P.J


Oleh
Agus Mahardika Emas            130731602287
Ahmad Zulfikar Alfaiz           130731616738
Akhmad Robhirt R                 130731615673













UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Oktober 2013




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
           
arkeologi adalaah ilmu yang mempelajari benda peninggalan masa lalu.
Dari keempat zaman tersebut, zaman neolitik merupakan zaman yang mulai menojolkan kemajuan manusia. Zaman ini menjadi tonggak awal sebagai revolusi manusia, seperti yang telah diungkapkan oleh Soekmono(1973:49).
Ada dikatakan bahwa neolitikum itu adalah suatu “revolusi” yang sangat besar dalam peradaban manusi. Revolusi ini sudah didapati benih-benihnya didalam jaman mesolitikum, beserta dengan datangnya arus kebudayaan baru lagi yang jauh lebih tinggi tingkatannya. Penghidupan food gethering menjadi foodproducing. perubahan inilah yang dimaksudkan dengan revolusi tersebut.
Selain itu Prasetyo(2004:19) juga berpendapat bahwa manusia neolitik semakin berkembang dan tidak menggantungkan hidupnya dari alam, melainkan sudah dapat menguasai lingkungan serta sudah aktif membawa perubahan.
           
pada zaman ini pula manusia sudah mulai mengenal keindahan dalam membuat suatu alat. Mereka sudah mampu mengasah alat yang mereka produksi dengan sempurna. Seperti yang dikatakan oleh Soekmono(1973:49).
                        Mengenai alat-alatnya kita telah ketahui bahwa yang menjadi corak istimewa dari neolitikum ialah kepandaian mengasahnya. Bahkan banyak pula alat-alat itu diupam sehingga indah sekali dan merupakan betul-betulhasil seni yang tinggi nilainya. Tetapi harus pula kita ingat ada juga alat neolitikum yang tidak diasah, yaitu terutama ujung-ujung panah. Hal ini dapat kita mengerti, oleh karena panah itu setelah dilepasskan umumnya hilangah sudah. Jadi tak memadahilah pekerjaan mengasah terhadap alat yang hanya dipergunakan satu kali saja.


Jadi alat pada zaman ini sudah memiliki keindahan, selain itu manusia neolitik sudah mampu membedakan sesuatu yang dibutuhkan untuk diupam atau tidak.
            Selain itu manusia neolitik pada zaman itu juga sudah mempunyai kepercayaan  yang menonjol. Mereka percaya kepada nenek moyang yang sudah meninggal,sehingga manusia neolitik sudah mengadakan upacara penguburan, terutama mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat(soejono, 2010:247).

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian kapak persegi?
1.2.2Apakah fungsi dari kapak persegi?
1.2.3 Bagaimana definisi bentuk kapak persegi?
1.2.4Bagaimana cara pembuatan  kapak persegi?
1.2.5 Dimana persebaran kapak persegi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian kapak persegi.
1.3.2Mengetahui fungsi dari kapak persegi.
1.3.3Mengetahui definisi bentuk kapak persegi.
1.3.4 Mengetahui cara pembuatan kapak persegi.
1.3.5 Mengetahui daerah persebaran kapak persegi.


BAB II
PENJELASAN
2.1 Pengertian Kapak Persegi
          Neolitikum adalah zaman batu yang paling dekat dengan zaman sekarang, oleh karena itu zaman ini juga disebut zaman batu muda. Seperti yang telah diungkapkan Soetjipto(1995:33).
jaman batu muda (Neolitikum) dinamakan demikian karena jaman ini adalah zaman termuda dari urutan zaman-zaman batu. Muda disini sebetulnya lebih mencerminkan pengertian jarak waktu antara jaman tersebut dengan jaman kita sekarang. jadi pengertian muda disini tidak berhubungan dengan pengertian batu. Bukan batu yang dipergunakan dalam jaman ini muda tetapi muda lebih dalam arti waktu.
             Pengertian yang sama juga diungkapkan oleh Anwarsari(1995:67).
setelah jaman mesolitikum dilampaui, manusia menginjak suatu jaman disebut zaman Neolitik atau juga disebut dengan kebudayaan batu baru (neo=baru, litikum=jaman batu). Dikatakan jaman batu baru karena sebagian alat-alat yang dihasilkan telah diasah dan diumpan, sehingga berbentuk halus. Sehingga jaman neolitikum ini dianggap sebagai masa revolusi yang sangat besar dalam peradaban indonesia.
Wirjosuprapto juga mengungkapkan bahwa neolitikum sudah menciptakan kebudayaan yang lebih tinggi tarafnya sehingga zaman ini dikenal sebagai zaman terakhir zaman Prasejarah (Wirjosuprapto,1964:2).
Selain itu pada zaman ini masyarakatnya sudah mengenal kepercayaan kepada nenek moyang. Mereka sudah mengenal upacara yang ditujukan kepada orang yang meninggal, terutama mereka yang dianggap terkemuka dimasyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa neolitikum adalah zaman batu baru dimana zaman ini dijadikan sebagai tonggak awal masa revolusi peradaban indonesia karena sebagian alat yang dihasilakan telah diasah atau diupam serta manusia neolitik sudah mulai mengenal bercocok dan kegiatan berburu serta menegenal kepercayaan kepada nenek moyang.

2.2Fungsi Dari Kapak Persegi
2.4.1.1 Sebagai tajak untuk menanam tumbuhan.
2.4.1.2 Sebagai pisau untuk mengetam padi.
2.4.1.3 Alat pembuat perahu(memotong, mengerat, memukul).
2.4.1.4 Alat yang kecil sebagai pahat.
2.4.1.5 Komoditas dagang (barter).
2.4.1.6 Sebagai bekal kubur.
2.3 Tempat Ditemukan Kapak Persegi
Kapak-kapak persegi di indonesia terutama di dapatkan di sumatra,jawa, dan bali. Di bagian timur negeri Indonesia di temukan di nusa tenggara, maluku, sulawesi, kalimantan(suprapta, 1991:46). Sedangkan menurut Samidi (1991:6)Kapak persegi ditemukan di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Profinsi Jawa Barat.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa persebaran kapak persegi meliputi daerah timur dan daerah barat Nusantara.

.


2.5.Cara Pembuatan Kapak Persegi
Kapak persegi 2.1
            Kapak persegi ini berbentuk persegi empat, buatannya sudah halus dan bagian tajamnya sudah diasah (samidi, 1991:6). Kapak ini berasal dari batu api yang sudah diasah atau diupam Dengan halus.
            Kapak ini pada zaman sebelumnya masih dipegang secara langsung. Akan tetapi pada zaman ini kapak persegi sudah mengalami modovikasi dengan adanya tangkai sebagai pengikat kapak dan untuk pegangan.
            Kapak persegi ini dipasang dengan cara memasukkan kapak ke tangkai yang sebelumnya sudah diberi lubang. Kapak diikat secara menyiku dengan tangkai (nugroho, 2011)


BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
            Neolitikum adalah zaman batu baru dimana zaman ini dijadikan sebagai tonggak awal masa revolusi peradaban indonesia karena sebagian alat yang dihasilakan telah diasah atau diupam serta manusia neolitik sudah mulai mengenal bercocok dan kegiatan berburu serta menegenal kepercayaan kepada nenek moyang.
Persebaran kapak lonjong dan kapak persegi di Nusantara pada umumnya berbeda. Kapak persegi memiliki persebaran di daerah barat nusantara sedangkan kapak lonjong memiliki persebaran di daerah timur nusantara.
Pada zaman ini kapak pesegi dan kapak lonjong adalah alat yang dominan dipakai pada zaman ini karena alat ini mempunyai fungsi utama sebagai alat untuk bercocok tanam.
Pembuatan kapak lonjong dan kapak persegi pada dasarnya sama yakni dengan memberi tangkai pada kapak yang sebelumnya tangkai diberi lubang sebagai tempat memasukkan kapak. Selanjutnya kapak diikat menyiku dengan tangkai.


         



DAFTAR RUJUKAN
Anwarsari.1995. Sejarah Nasional Indonesia I. Malang: BPOPF.

Jalil, A. 2010. Kapak Lonjong: Sebuah Kebudayaan Masyarakat Neolitikum, (online), (http://yogadesign.wordpress.com/2010/12/21/kapak-lonjong-sebuah-kebudayaan-masyarakat-neolitikum/), diakses 08 september 2013.

Ngroho, H. 2011. Kapak Persegi, (online), (http://wacananusantara.org/kapak-persegi/), diakses 08 september 2013.

Paemi, M. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia: sistem pengetahuan. Jakarta: Rajagrafindo persada.
Prasetyo, B. 2004. Religi Pada Masyarakat Prasejarah di Indonesia. Jakarta: kementrian kebudayaan dan pariwisata proyek penelitian dan pengembangan arkeolog.
Samidi. 1991. Album peninggalan sejarah Indonesia.Cilacap:Departemen pendidikan dan kebudayaan.
Soejono, R.P. 2010. Sejarah Nasional Indonesia edisi pemutakhiran 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Soekmono, R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius.
Soetjipto. 1995. Sejarah kebudayaan Indonesia.Malang: BPOPF.
Suprapta, B. 1991. Ikhtisar Prasejarah Indonesia. Malang: IKIP Malang.

Wirjosuprapto, R.M.S. 1991. Bunga Rampai Sedjarah Budaya Indonesia. Jakarta: Djambatan.

CANDI PRAMBANAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar-dasar Arkeologi
Yang dibina oleh Bapak Drs.Slamet Sujud P.J


Oleh
Agus Mahardika Emas            130731607287
Ahmad Zulfikar Alfaiz           130731616738
Akhmad Robhirt R                 130731615673









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
Oktober 2013




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Arkeolog adalah ilmu pengetahuan tentang peninggalan manusia zaman kuno...Dictionari (dalam Rahman, 2007). Selain itu dalam kitab suci Al Qur’an juga di tuliskan mengenai arkeologi sebagai berikut “Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan dimuka bumi lalu memparhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatanya dan (lebih banyak) bekes-bekas di muka bumi maka apa yang merekausahakan satu tidak dapat menolong mereka” (Al- Mu’min 40:82).
Candi berasal dari salah satu nama untuk Durga sebagai Dewi Maut. Sementara sarjana berpendapat bahwa candi adalah bangunan pemakaman khusus untuk para raja dan orang-orang terkemuka. Yang bdi kuburkan (bahasa Kawi; cinandi) disitu bukanlah mayat melainkan sisa-sisa pembakaran mayat dan berbagai benda yang di sertakan(Asmito, 1998).
Candi prambanan adalah salah satu sumber arkeologi yang berada dijawa tengah,  bercorak hindu  berdiri saat wangsa sailendra yang terletak didesa Karangasem, kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta(Riyanto,2007:88) selain itu Cleere(1989:10) berpendapat bahwa candi prambanan adalah sumber arkeologi yang dimanfaatkan sebagai sarana wisata, pemanfaatan ini merupakan salah satu dari tiga manfaat candi prambanan selain manfaat akademik dan ideologik.
            Candi Prambanan merupakan salah satu objek yang diteliti oleh arkeologi. Sedangkan arkeologi sendiri adalah ilmu pengetahuan yang merekontruksi kehidupan masa lampau melalui benda-benda yang ditinggalkan (artefak, ekofak, dan fitur).


               
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah bentuk candi prambanan?
1.2.2 Bagaimanakah cara pemugaran candi prambanan?
1.2.3 Apa saja bentuk pengelolaan candi prambanan?


1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui bentuk candi prambanan.
1.3.2 Mengetahui cara pemugaran candi prambanan.
1.3.3 Mengetahui bentuk pengelolaan candi prambanan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bentuk Candi Prambanan
Candi prambanann adalah candi bercorak hindu yang terdapat di kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, bentuk candi prambanan adalah sebagaimana yang di jelaskan di mitologi hindu yang paling dominan adalah bentuk atapnya yang meruncing ke atas. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Asmito (1998:112) sebagai berikut. Candi sebagai bangunan terdiri dari 3 bagian yaitu kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Sementar itu Purwadi (2011:23) mengatakan bahwa ciri-ciri ragam candi jawa tengah ialah bentuk bangunanya tambun, atasnya berundak-undak, puncak berbentuk ratna atau stupa, gawang pintu dan relung berhias kalamakara, reliefnya timbul agak tinggi berlukisan naturalis, letak candi di tengah halaman, menghadap ke timur, dan terbuat dari batu andesit.
Bedasarkan pernyataan para sejarawan di atas bisa di ambil kesimpulan bahwa candi Prambanan berbentuk sama separti candi-candi lain yang ada di jawa tengah dan itulah yang membedakan dengan candi yang berada di  jawa Timur.
Candi prambanan memiliki bangunan yang di pagari tembok keliling oleh deretan candi perwara selain itu caandi ini memiliki dua candi apit didekat pintu masuk utara dan selatan. Seperti yang dijelaskan oleh Purwadi(2011:27)
Gambaran tentang gugusan candi seperti yang disebut dalam prasasti Ciwagrha dapat dibandingkan dengan kompleks candi Prambanan, memang gugusan candi yang dibangun pusatnya dipagari tembok keliling dan dikitari oleh deretan cnadi perwara yang disusun bersap hanya Candi Prambanan. Demikian pula disebutkan semua candi perwara sama dalam bentuk dan ukuran. Hal lain yang menarik juga adalah 2 buah candi apit, masing-masing di dekat pintu masuk utara dan selatan.
            Candi Prambanan merupakaan candi hindu yang terbesar di Jawa Tengah, namun seperti yang kita ketahui tentang peninggalan berupa candi banyak di temukan


dalam keadaan runtuh, begitu juga candi ini yang temukan dalam keadaan runtuh dan hancur serta banyaak semak belukar tang tumbuh juga, ini disebabakan karena candi ini telah ditinggalkan oleh pendukungnya beratus-ratus tahun lamanya. Selain itu Candi in sering dikenal dengan nama candi Rara Jonggrang. Padahal haal ini adalah kesalahan karena arca yang diduga sebagai arca Rara jonggrang tersebut sebenarnya adalah arca Durga mahisa Suramardhini, arca ini berada di bagian bilik utara Candi Siwa (Purwadi, 2011:24).
            Candi Prambanan mempunyai tiga halaman utama. Halaman pertama adalah halaman paling suci, halaman kedua haalaman yang kedudukannya lebih renddah dari pada halaman pertama, dan halaman yang ketiga halaman yang lebih rendah lagi dari halaman sebelumnya. Sehingga susunan ini membentuk halaman yang mengarah pada pusat. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Purwadi(2011:25-26)
Kompleks Candi Prambanan mempunyai 3 halaman, yaitu halaman pertama berdenah bujur sangkar, merupakan halaman paling suci karena halaman tersebut terdapat 3 candi utama (Siwa, Wisnu, Brahma), 3 candi perwara, 2 candi apit, 4 candi kelir, 4 candi sudut/patok. Halaman kedua juga berdenah bujur sangkar, letaknya lebih rendah dari halaman pertama. Pada halaman ini terdapat 224 buah candi perwara yang disusun atas 4 deret dengan perbandingan jumlah 68, 60, 52, dan 44 candi. Susunan demikian membentuk susunan yang konsentris menuju halaman pusat. Dengan demikian, kompleks Candi Prambanan dibangun dalam suatu kesatuan konsep, yaitu Candi Siwa sebagai sentral pemujaan arca Siwa Mahadewa sebagai arca utamanya. Hal ini sesuai dengan pemberitaan dalam prasasti Ciwagrha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan.

Candi ini merupakan peninggalan dari agama hindu. Hal ini bisa dilihat dari susunan pantheon atau arca-arca dan relief cerita yang dipahatkan. Selain itu candi ini memiliki bilik-bilik yang didalamnya terdapat arca, dan arca siwa mahadewa sebagai pusat pemujaan candi prambanan. Ini seperti yang dijelaskan oleh Purwadi(2011:27-28).
         
Sifat keagamaan candi Prambanan yang Hinduistis itu antara lain dapat diketahui dari susunan pantheon atau arca-arca dan juga relief-relief cerita yang dipahatkannya. Empat dari 6 candi utama dan perwara yang ada dihalaman pertama di dalam bilik-biliknya terdapat arca. Candi Siwa memiliki 4 bilik, yaitu bilik utama menghadap ke timur berisi arca Siwa Mahadewa yang berdiri diatas yoni yang disangga oleh seekornaga. Arca Siwa Mahadewa ini adalah sentral dari 28 pemujaan di Candi Prambanan. Bilik yang kedua di bagian selatan berisi arca Siwa Mahaguru; bilik ketiga disisi barat berisi arca Ganeca (anak Dewa Siwa) yang digambarkan bekepala gajah berbadan manusia. Bilik keempat disisi utara berisi arca durga Mahisa Suramardhini yaitu arca Durga (cakti/istri Siwa) yang berhasil mengalahkan raksasa yang berwujud mahisa (lembu jantan).
Ada juga arca yang pada candi ini tidak didapati perwaraannya karena ridak dijumpai arca didalamnya, sehingga para ahli sepakat untuk menamai candi tersebut dengan nama candi A dan candi B (Purwadi, 2011:29).
Candi ini memiliki seni yang sangat menarik. Hal ini bisa dilihat pada arca relief dewa lokapala atau biasa di sebut dengan delapan dewa penjaga arah mata angin, relief ini dipahat di dinding luar kaki candi. Selain itu juga dinding dalam langkan candi Siwa, terdapat relief yang menceritakan kisah ramayana dan kresnayana. Selain itu ada relief yang sering disebut sebagai motif prambanan, yaitu seekor singa yang sedang duduk dan diapit oleh pohon kehidupan atau sering disebut sebagai pohon kapaltaru. Motif ini tidak ditemukan pada candi lain, sehingga motif ini sering ddisebut sebagai motif prambanan. Motif lain yang banyak ditemukan pada candi ini adalah motif pohon kapaltaru yang mengapit makluk dari kayangan yang sering disebut kinara-kinari, yang digambarkan sebagai makluk yang memiliki kepala manusia tetapi memiliki badan berupa seekor burung(Purwadi, 2011:29).

2.2 Cara Pemugaran Candi Prambanan
            Adapun pemugaran yang dilakukan untuk memperbaiki candi ini dilakukan dengan dua masa, yakni :
2.2.1 Pemugaran Pada Masa Kolonial
            Pada tahun 1885 Ir. J.W. Ijzeman, ketua Archaelogische sebagai peminang pertama datang(Kempres, 1985:32 ; Santiko, 1992:3). Hal pertama yang dia lakukan untuk pemugaran candi ini adalah membersihkan seluruh bangunan dari tanah dan tumbuhan yang menutupi sebagian besar bagian candi.
            Usaha dari Ijzerman ini dilanjutkan oleh J. Groneman yang dilengkapi dengan foto hasil karya Chepas, khususnya relief candi siwa. Namun demikian pemugaran yang dilakukaan oleh Groneman ini mempunyai kekurangan tentang cara pemugaran yang dilakukan tidak dengan sistematis sehingga pemugaran selanjutnya sulit unttuk dilakukaan (Santiko, 1992:4; Haryono dkk, 2004:35)
            Pada tahun 1935 pemugaaran selanjutnay diberikan kepada P.V Van Romondt, dia adalag seorang arsitek yang mempelajari tentang sejarah kesenian. Pada proses pemugaran itu dia dibantu P.H. Van Coolwijk serta dua orang lainnya dari orang Indonesia, yaitu Soehamir dan Samingun (Santiko, 1992:6-7; Ibrahim, 1996:41; Haryono, dkk, 2004:6).
            Pada tahun 1942 belanda menyerah kepada kepada jepang dan pegawai-pegawai menjadi tawanan sehingga pemugaran pada candi ini tidak bisa dilanjutkan. Hingga pemugaran tersebut dilanjutkan oleh putra Indonesia sendiri. Ketika proklamasi dilakukan, pemugaran pada candi ini dilakukan dengan gencar sampai mencapai tinggi 32,5 meter (Sam, 1950:4)

2.2.1 Pemugaran Pada Masa Pasca Kemerdekaan
Pemugaran pada masa awal kemerdekaan ini lebih parah karena dokumen dan arsip-arsip penting lainnyaa hilang karena perang pada waktu aksi militer ke 2, setelah peristiewa itu pemugaran dilakukan sampai atap keempat setinggi sekitar 35,25 meter (Sam, 1950:5 ; Ibrahim, 1996:41).
“Pada tanggal 6juni 1949 pemugaran mulai dilakukan kembali oleh bagian purbakala, Djawatan Kebudajaan RI, dan hingga tahun 1950 telah mencapai tinggi 37,25” (Sam, 1950:6) jadi pada atahun tersebut pemerintah Indonesia mulai menyadari akan pentingnya candi. Hingga pada tahun 1953 pemugaran yang dilakukan ini dinyatakan sudah selesai dilakukan dengan ditandai oleh terpasangnya puncak candi siwa dan akhirnya diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia yakni Presiden Soekarno pada tanggal 20 desember 1953 (Santiko, 1992:8; Ibrahim, 1996:41; Haryono, 2004:36)
Pada tahun 1951, percobaan pemugaran candi Brahma dan Candi Wisnu, namun pemugaran ini tidak berlangsung lama dan terhenti ketika Th. Aq. Soenarto memimpin pemugaran candi Brahma (Ibrahim, 1996:41-43)
Pemugaran dan penelitian yang terus dilakukan menghasilkan gambaran bahwa candi ini terdiri dari tiga halaman, yaitu halaman luar, halaman tengah dan halaman pusat. Halaamaan pusat ini terdiri dari :
1.      Kelompok Candi Utama yakni Candi Siwa, CandiBahma dan Candi Wisnu.
2.      Kelompok Candi Vahana, yang terdiri dari tiga bangunan, yaitu Candi Nandi, Candi A dan Candi B.
3.      Kelompok Candi Apit terdiri atas dua bangunan yang mengapit tiga candi utama dan candi vahana. Kedua candi ini saling mengapit satu dengan yang lain.
4.      Kelompok candi kelir, berjumlah empat bangunan yang masing-masing terletak dipintu masuk halaman pertama.
5.      Kelompok candi sudut, terdiri dari empat bangunan yang masing-masing terletak di keempat sudut halaman pertama (Subroto, 1993:4-5).
Hingga pada tahun 1991 pemugaran atas candi ini diarahkan pada kelompok candi Wahana dan berakhir pada tahun 1993. Pemugaran ini dilandaskan kepada nialai kemanfaatan yakni: nilai informatif, nilai estetis, nilai asosiatif, dan nilai wisata (Subroto, 1993:14)

2.3 Bentuk Pengelolaan Candi Prambanan
Pelestarian candi Prambanan merupakan tanggung jawab bersama UPT (Unit Pelaksanaan Teknis) dan masyarakat khususnya sebagai pemilik resmi situs-situs zaman sejarah dan purbakala yang masih berdiri sampai sekarang. Saperti halya yang di unkapkan oleh (Setyasuti, 2005:58-66) tugas pokok dan fungsi BP3 adalah melakukan pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala. Dalam upaya pelestarian tersebut meliputi beberapa kegiatan, yaitu: Perlindungan, Pemeliharaan, Pemugaran, Dokumentasi, dan Publikasi.

2.3.1 Candi Prambanan Sebagai Objek
            Secara resmi, situs candi prambanan di kenal sebagai objek wisata sejak 1980. Secara Yuridis Candi Prambanan dan borobudur di kenal sebagai objek wisata oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur dan bedasarkan Akte Notaris: Soeleman Ardjasasmita, S.H. Nomor 19 tanggal 15 juli 1980. Kemudian pada tahun 1992 kewiraan pengelolaan di dukung dengan KEPPRES Nomor: 1 tahun 1992, tanggal 2 januari 1992. Dalam perkembanganya, kawasan ratu boko pada tahun 1994 di jadikan sebagai pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan ratu boko berdasarkan Akta Notaris: Soekaimi, S.H. Nomor: 15 tanggal 3 Agustus 1994(Soebiarso, 2003).
            Pada dasarnya pengelolaan peninggalan zaman sejarah khususnya candi bisa dilakukan secara hukum dan bermasyarakat karena semua situs tinggalan zaman sejarah adealah tanggung jawab bersama khususnya warga negara Indonesia.
            Latar belakang dari PT Taman sebelumnya mempunyai tugas dasar sebagimana yang di uraikan oleh setyasuti (2005:67) sebagai berikut. Sebagai pengelolaan Candi Prambanan Sebagai Objek Wisata, keberadaan PT Taman wisata tidak terlepas dari proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan yang di kembangkan pada sekitsr tahun 1070-an. Candi Borobudur dan Prambanan di kembangkan sebagai objek Wisata melalui serangkaian study sejak tahun 1973 hingga 1979 dengan bantuan teknis dari pemerintah Jepang.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Bentuk dari candi prambanan mempunyai bentuk yang sama dengan ciri yang dimiliki candi di Jawa Tengah.
3.1.2 Pemugaran yang dilakukan pada candi prambanan terjadi pada masa kolonial dan masa pasca kemerdekaan.
3.1.3 Pelestarian candi prambanan meliputi beberapa kegiatan, yaitu:Perlindungan, Pemeliharaan, Pemugaran, Dokumentasi, dan Publikasi.
3.2 Saran
Makalah yang berjudul Candi Prambanan semoga dapat bermanfaat untuk mahasiswa sebagai referensi dan untuk masyarakat umum sebagai bahan wacana untuk menambahkan pengetahuan tentang sejarah khususnya candi prambanan. Kami juga berharap kepada pembaca jika ada kesalahan dalaam makalah ini bisa menyempurnakan menjadi lebih baik.


DAFTAR RUJUKAN

Al-Qur’an.Al- Mu’min 40:82
Asminto. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: IKIP-Semarang.
Cleere, H. 1989. “Introducing: The Rationale of Archaelogical Hentage Management”. London:Unwin Hyman.
Haryono, T & dkk. 2004. Pelapukan Batu Candi Siwa Prambanan Dan Upaya Penanganannya. Yogyakarta:BP3 Yogyakarta.
Ibrahim, M. 1996. Komplek Candi Prambanan dari Masa ke Masa. Jakarta:Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.
Kempres, A.J. Bernet. 1985. Pembinaan Kembali Candi Prambanan, Menyambut Tercapainya Puncak Candi Prambanan. Jakarta:Proyek Penelitian Purbakala Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Purwadi. 2011. Sejarah Kebudayaan Jawa. Yogyakarta:Pararaton.
Rahman, A. 2007. Ensiklopedi Ilmu dalam Al-Qur’an. Bandung:Mizani.
Riyanto, S. 2007. Candi Prambanan:Pengelolaan dan Potensi Persoalannya. Yogyakarta:balai arkeologi Yogyakarta.
Sam, S. 1950. Riwayat Singkat Pembangunan Tjandi Siwa Prambanan (Percandian Lara Djonggrang). Jakarta:Kementrian P.P dan K. Djawatan Kebudayaan.
Santiko, H. 1992. Candi Prambanan: Deskripsi, Latar Belakang Agama Dan Masa Pendidirannya. Laporan Penelitian. Jakarta:Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Setyasuti, A. 2005. Evaluasi Kebijakan Pengelolaan Candi-candi di Kawasan Prambanan. Yogyakarta:Magister Pariwisata Program Pascasarjana UGM.
Soebiarso, W. 2003. Pemanfaatan Candi Prambanan sebagai Objek Wisata Budaya. Makalah disampaikan dalam raangka rapat koordinasi pelestarian candi prambanan sebagai warisan budaya dunia di Prambanan, yogyakarta, 10-11 september 2003.

Subroto, P & dkk. 1993. Candi Wahana, Pelestarian dan Pemanfaatan. Yogyakarta:Panitia Pemugaran Candi Wahana Candi Rara Jonggrang Prambanan. Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

ALAT PENINGGALAN ZAMAN NEOLITIK DARI NUSANTARA


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teknologi Informasi Pembelajaran Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Drs. Najib Jauhari, S.Pd., M. Hum


Oleh
Ahmad Zulfikar Alfaiz
130731616738







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
September 2013


ALAT PENINGGALAN ZAMAN NEOLITIK DARI NUSANTARA


MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teknologi Informasi Pembelajaran Sejarah
Yang dibina oleh Bapak Drs. Najib Jauhari, S.Pd., M. Hum


Oleh
Ahmad Zulfikar Alfaiz
130731616738







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
September 2013







BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prasejarah adalah zaman dimana manusia belum mengenal tulisan. Pada zaman ini terbagi menjadi empat zaman. Diantaranya zaman neolitik yang sering disebut zaman batu muda.
Ciri khas dan peradaban zaman ini adalah Batu yang di asah halus. Zaman ini masyarakatnya sudah mempunyai pengetahuan tentang keindahan. Banyak batu yang mereka hasilkan masih digunakan sampai sekarang. Batu yang diasah dan dihaluskan ini dikembangkan oleh orang-orang Austronesia yang menghuni kepulauan Indonesia. Pada periode ini pula berkembang struktur batu besar atau megalitik di Nusantara.
Untuk lebih mengenal apa saja batu yang ditinggalkan pada masa neolitik. Pada makalah ini kami akan memparkan batuan yang diwariskan dan masih digunakan sampai sekarang sebagai pembelajaran untuk saya khususnya dan untuk pembaca pada umumnya.

1.2 Masalah atau Topik Bahasan
            1.2.1  bagaiman kehidupan manusia purba zaman neolitik?
1.2.2  apa saja batu peninggalan zaman neolitik dan dimana  ditemukan?
1.2.3  bagaimana mereka membuatnya?

1.3 Tujuan
            1.3.1 mengetahui kehidupan manusia purba zaman neolitik.
1.3.2 mengetahui apa saja batu peninggalan zaman neolitik



    dan dimana ditemukan.
1.3.3 mengetahui bagaimana mereka membuatnya.




















BAB 2
PEMBAHASAN
2.1  Kehidupan Manusia Purba Zaman Neolitik
Zaman neolitik kehidupan masyarakatnya semakin maju. Manusia purba pada zaman ini tidak hanya sudah hidup menetap tetapi juga telah bercocok tanam. Zaman ini penting dalam perkembangan masyarakat dan peradaban, karena di zaman ini beberapa penemuan baru berupa pengolahan sumber daya alam mulai dilakukan. Berbagai macam tanaman dan hewan mulai dipelihara. Hutan belukar mulai dibuka, untuk membuat ladang perkebunan, sebagai tempat untuk bercocok tanam. Dalam kehidupan bercocok tanam, manusia purba sudah mulai bisa memanfaatkan alam sekitar.
   Pada zaman ini manusia purba juga mulai mendiami perkampungan kecil dan terdiri dari beberapa rumah yang tidak beraturan letaknya. Awalnya rumah yang mereka bangun berbentuk bulat dengan atap terbuat dari dedaunan. Corak rumah ini adalah corak rumah tertua di indonesia, bahkan sampai saat ini masih bisa ditemukan di Timor, Kalimantan Barat, andaman, dan Nikabar. Setelah itu, barulah mereka mulai membangun rumah yang lebih besar dan terdiri dari tiang penyangga. Bentuk rumah ini seperti persegi panjang yang konon bisa di gunakan untuk beberapa keluarga. Rumah ini didirikan dengan tiang penyangga guna menghindari dari banjir serta binatang buas.
           
Rumah pada zaman neolitik 1.1



   Karena mereka sudah mulai hidup menetap dalam sebuah kelompok kecil, maka manusia purba pada zaman ini mulai melakukan gotong royong. Gotong royong yang mereka lakukan tidak hanya ketika mereka sedang membangun rumah. Akan tetapi juga ketika membuat gerabah, membuka lahan, membakar semak belukar, menangkap ikan, menabur benih, memetik hasil perkebunan.
   Pada zaman ini juga mulai mengenal kepercayaan. Mereka mulai mempercayai kekuatan roh seseorang. Salah satunya ialah sikap terhadap alam kehidupan sudah mati. Mereka percaya bahwa roh sesorang tidak akan lenyap ketika mereka sudah mininggal. Mereka selalu mengadakan upacara ketika ada orang yang berpengaruh kuat terhadap kelompok itu meninggal. Mereka yang meninggal itu diberikan bekar sehari-hari, agar perjalanan orang tersebut ke alam arwah tidak ada gangguan. Mereka juga membuatkan batu besar untuk orang yang sudah meninggal itu. Jadi batu besar itu digunakan sebagai media penghormatan, lambang si mati, dan tempat singgah. Akhirnya melahirkan kebudayaan yang dinamakan megalitikum (batu besar).
Dalam kehidupan sehari-hari mereka juga sudah mulai menggunakan alat bantu yang terbuat dari alam.
2.2 Batu Peninggalan Zaman Neolitik dan Dimana Ditemukan
 Pada zaman ini, preadaban manusia purba tidak hanya dapat dilihat dari corak kehidupannya saja. Akan tetapi barang-barang peninggalannya pada zaman tersebut. Pada zaman ini manusia purba juga mulai mengenal karya seni. Ini semua dibuktika dengan barang-barang peninggalan zaman neolitik. Semua barang yang ditemuka para peneliti pada zaman ini sudah memiliki kehalusan. Mereka sudah mulai mengasah batu yang pada zaman sebelumnya belum terlalu memperhatikan kehalusan pada batu yang akan mereka pakai.
   Diantara alat-alat yang berhasil mereka ciptakan adalah : Kapak lonjong, Kapak persegi, Perhiasan gelang dan kalung dari batu indah, dan anak panah.




2.2.1        Kapak Lonjong
Kapak lonjong 1.2
Peninggalan kapak lonjong ini diduga lebih tua dari pada kapak persegi. Bukti-bukti stratigrafi telah di buktikan oleh T. Harrison dalam ekskavasi di Gua Niah, dan Serawak yang menurut pertanggalan C-I4 yang diperoleh, kapak lonjong ini ditemukan pada lapisan tanah berumur ± 8.000 SM.
Kapak ini berbentuk lonjong dengan pangkalnya berbentuk runcing dan pada ujung lainnya melebar serta tajam. Pada ujung yang tajam ini kapak lonjong diasah dari dua sisi. Sehingga menghasilkan bentuk yang tajam serta simetris. Inilah bedanya dengan beliung persegi yang tidak pernah memiliki ketajaman yang simetris. Bentuk penampang lintangnya bagaikan lensa, lonjong, atau kebulat-bulatan.
Kapak lonjong ini merupakan peninggalan nenek moyang kita yang pada umumnya bertempat tinggal di daerah timur yakni Sulawesi, Flores, Maluku, Sangihe Talaud, Tanimbar, Leh, dan Papua. Di Serawak, yakni di Gua Niah, kapak ini juga ditemukan. Dari tempat yang ada itu, penggalian arkeologi hanya menemukan sedikit, kecuali di Serawak dan Kalumpang di Sulawesi Tengah. Para peneliti purbakala kesulitan penelitian tentang kapak lonjong ini. Karena kapak lonjong ini sampai saat ini masih digunakan oleh orang pedalaman Papua. Tidak mustahil jika temuan lepas di berbagai kepulauan Indonesia bagian timur adalah pengaruh dari Papua yang umurnya tidak begitu tua.
Harus kita ingat pula bahwa dugaan mengenai kapak lonjong itu dapat berunah serta berbeda-beda. Sebelum dibuktikan ekskavasi arkeologis di  beberapa tempat seperti di Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua diperdalam.
2.2.2        Kapak Persegi
Kapak persegi 1.3
Kapak persegi berasal dari Von Heine Goldern berdasarkan penampang dari alat yang berbentuk persegi panjang. Kapak ini berbentuk persegi panjang dengan bagian yang digunakan untuk mengikat tangkai tidak tajam, sedangkan pada bagkapak ian lainnya berbentuk tajaman, bagian inilah yang oleh manusia purba di asah. Selain berfungsi sebagai kapak, alat ini juga digunakan untuk keperluan lain, tergantuk pada ukurannya. Kapak persegi yang ukurannya kecil digunakan sebagai alat pememotong kayu dan kapak yang lebih besar digunakan sebagai cangkul. Kapak persegi dibuat dari batu api dan batu chalsedon.
Persebaran kapak persegi di Indonesia adalah Jawa, Sumatra,  Bali, Maluku, Sulawesi, Nusan Tenggara Timur, dan di Kalimantan. Pembuatan kapak persegi ini diperkirakan terpusat pada beberapa tempat, dari tempat tersebut menyebar ke tempat-tempat lain. Ada tempat ditemukannya kapak persegi yang tidak memiliki bahan pembuatan kapak persegi yakni batu api. Sedangkan di pusat pembuatannya sudah banyak ditemuka kapak persegi, yang semuanya sudah memiliki bentuk persegi panjang yang belum terlalu halus. Ini membuktikan kalau kapak persegi pederhalus oleh penggunanya, bukan yang membuat. Perkiraan pusat-pusat dari pembuatan kapak persegi diantaranya di Lahat (Palembang), Sukabumi, Bogor, Karawang, di daerah Pacitan (Madiun), Tasikmalaya (Jawa Barat) dan lereng selatan Gunung Ijen (Jawa Timur).
2.2.3        Perhiasan Gelang dan Kalung dari Batu Indah
Pada zaman ini masyarakt neolitik sudah memperhatikan penampilan. Ini dibuktikan dengan penemuan perhiasan yang berasal dari batu yang diduga adalah peninggalan masyarakat neolitik. Banyak jenis perhiasan yang di temukan, seperti  gelang, kalung, dan anting-anting. Barang yang ditemukan itu tidak hanya dalam bentuk barang jadi, akan tetapi barang yang belum jadi juga di temukan di tempat yang sama.
Barang ini banyak ditemukan di daerah jawa, yang lebih tepatnya jawa barat dan jawa tengah. Terutama gelang yang terbuat dari batu indah yang banyak jumlahnya.           
2.2.4        Anak panah.
Anak panah 1.4
Seperti namanya alat ini digunakan oleh manusia neolitik untuk berburu binatang buruan. Alat ini dibuat meruncing dan tajam di satu sisinya. Ini juga bermaksud untuk lebih melumpuhkan binatang buruan mereka.
Anak panah ini adalah peninggalan zaman neolitik yang banyak dijumpai di jawa timur dan sulawesi selatan. Pada umumnya anak panah ini banyak dijumpai di daerah buruan.
2.3      Cara Mereka Membuat Alat-Alat
 Pada zaman neolitik, manusia purba sudah mampu membuat barang berguna, bahkan juga memiliki kehalusan dalam bentuknya. Manusia dalam pembuatan alat-alat ini tidak sama antara satu dengan yang lainnya, diantaranya :
2.3.1        Kapak Lonjong.
Bahan baku kapak lonjong 1.5
   Dalam perkembangannya alat-alat tersebut mengalami perubahan dari zaman ke zaman, demikian juga dengan bahan baku yang mereka gunakan itu berasal dari batu kali yang berwarna hitam, seperti kapak yang sampai saat ini masih di pakai di papua. Bahan baku dari kali ini mempermudah mereka dalam perkembangannya, karena bahan baku yang mudah didapatkan. Setelah bahan baku di dapatkan, mereka akan mengasah batu itu dengan batu yang lain yang sama kerasnya.
      Kapak lonjong 1.6
   Apabila pada zaman sebelumnya, manusia purba masih memegang batu tersebut langsung , akan tetapi pada zaman ini mereka sudah mampu membuat pegangan untuk mempermudah dalam penggunaannya.
   Mereka memasang batu lonjong yang sudah halus tadi  dengan cara memasukkan batu lonjong itu tadi pada lubang yang sudah dibuat pada pegangan. Setelah itu diikat menyiku terhadap pegangan, dan kapak di pasang secara vertikal.


2.3.2           Kapak Persegi
Kapak persegi 1.7
Dalam perkembangannya kapak persegi juga sama dengan kapak lonjong. Kapak persegi ini berasal dari batu kali yang bentuknya persegi panjang. Kapak ini sebelum di pakai terlebih dahulu diasah dengan batu asah yang sama dengan kapak lonjong. Bedanya kapak persegi ini berbentuk persegi dengan salah satu sisi yang tajam.
Setelah selesai tahap pengasahan. Kapak ini di masukkan ke lubang yang telah dibuat di tangkainya. Setelah itu, kapak diikat menyiku dengan arah kapak vertikal.
2.3.3        Perhiasan Gelang dan  Kalung dari Batu Indah
Dalam peradabannya masyarakat neolitik. Mereka sudah mulai mengenal  perhiasan yang terbuat dari batu. Mereka menbuat perhiasan ini dari batu indah. Dalam perkembangannya masyarakat neolitik sudah bisa memperhalus perhiasan yang merka pakai tersebut.
Untuk membuat perhiasan tersebut berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, diantaranya dalam membuat gelang mereka menngunakan bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menngunakan pasir. Untuk membuat kalung mereka juga menggunakan batu indah yang sering terbuat dari batu akik yang dirangkai menjadi satu.

2.3.4        Anak panah.
               Alat ini pada umumnya di gunakan untuk memburu binatang buruan. Ini dibuat dengan bentuk segi tiga dengan salah satu sisinya tajam. Anak pananh ini dalah pembuatannya juga melalui pengasahan guna mempertajam mata panahnya.
   Setelah selesai tahap pengasahan, setelah itu anak panah itu dipasang dengan panah yang terbuat dari kayu. Setelah anak paanah dan panak disatukan alat ini bisa digunakan untuk memburu buruan.





















BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada zaman neolitik telah banyak peradaban manusia purba yang sudah berkembang pesat. Banyak pula kebudayaan  dan kepercayaan yang mulai muncul dan berkembang pada zaman ini.
Selain itu pada zaman ini manusia purba sudah mulai bisa memperhalur barang-barang yang mereka hasilkan, yang pada zaman sebelumnya mereka belum memperhalus alat yang mereka hasilkan, seperti : Kapak lonjong, Kapak persegi, Perhiasan gelang dan kalung dari batu indah, dan anak panah.
Barang-barang tersebut tersebar di Indonesia. Ini juga tergantung dengan letak mereka tinggal, contohnya kapak lonjong yang sampai saat ini masih dipakai oleh masyarakat Papua. Ada juga batu hias yang sampai saat ini masih dipakai oleh masyarakat jawa.
Dari berbagai peninggalannya pun, manusia purba pada zaman ini juga berbeda, antara yang satu  dengan yang lain. Akan tetapi yang paling menonjol pada zaman ini adalah sudah diperhalusnya barang- barang yang telah mereka hasilkan.
3.2 Saran
   Sungguh unik kehidupan masyarakat zaman neolitik saat itu. Banyak pula alat peninggal pada zaman tersebut yang sudah mempunyai nilai seni, dan tanpa kita sadari ada pula yang maish digunakan sampai saat ini masih digunakan.
   Semoga dengan sudah jadinya makalah ini bisa bermanfaat sebagai penambahan ilmu untuk para pembaca pada umumnya dan untuk saya sendiri
khususnya pada materi batu peninggalan zaman neolitik dari nusantara, mengenai bagaimana kehidupan masyarakat neolitik, apa saja batu peninggalan zaman neolitik dan dimana batu tersebut ditemukan, serta mengetahui bagaimana mereka membuatnya.


DAFTAR RUJUKAN

Larope, j. 1975. Ips sejarah. Surabaya : Asia Raya. Halaman 16.


Prasetio, B dan Yani, D. Y. 2004. Religi pada masyarakat prasejarah di Indonesia. Kementrian kebudayaan dan periwisata proyek penelitian dan pengembangan arkeolog jakarta.
Listiyani, Dwi Ari. 2009. Sejarah 1 : Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Indonesia.

Jalil, Abdul. 2010. Kapak Lonjong: Sebuah Kebudayaan Masyarakat Neolitikum, (online), (http://yogadesign.wordpress.com/2010/12/21/kapak-lonjong-sebuah-kebudayaan-masyarakat-neolitikum/), diakses 08 september 2013.

Fajar, Firman. 2010. Pembagian Zaman berdasarkan Kajian Arkeologis, (online), (http://kajiansejarahdunia.blogspot.com/2010/01/pembagian-zaman-berdasarkan-kajian.html), diakses 08 september 2013.

Sugianto, Nur.2011. Zaman Neolithikum di Indonesia (Zaman Batu Muda), (online), (http://serbasejarah.blogspot.com/2011/09/zaman-neolithikum-di-indonesia-zaman.html), diakses 08 september 2013.

Ngroho, H. 2011. Kapak Persegi, (online), (http://wacananusantara.org/kapak-persegi/), diakses 08 september 2013.

Sugianto, Nur. 2011. Kapak Lonjong, (online), (http://wacananusantara.org/kapak-lonjong/), diakses 08 september 2013.

Hery. 2012. Zaman Batu Muda (neolitikum), (online), (http://herydotus.wordpress.com/2012/02/01/zaman-batu-muda-neolitikum/), diakses 08 september 2013.

Irmawan. 2013. Peninggalan Kebudayaan pada Masa Praaksara,(online), (http://www.plengdut.com/2013/03/peninggalan-kebudayaan-pada-masa.html), diakses 08 september 2013.