KERAJAAN
SINGHASARI
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Indonesia Kuno
Yang dibina oleh Bapak Deni Yudo
Wahyudi
Oleh
Agus Mahardika Emas 130731607287
Ahmad Zulfikar Alfaiz 130731616738
Rikha Lilafatu Rohmayana 130731607229
Tutut Indraswari 130731607293
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
JURUSAN
PENDIDIKAN SEJARAH
Desember
2013
PENDAHULUAN
BAB I
1.1
Latar Belakang
Tumampel adalah sebuah wilayah yang
terletak di daerah Malang yang merupakan wilayah yang di kepalai oleh Tunggul
Ametung yang mempunyai seorang Istri yang bernama Ken Dedes. Seperti yang di
utarakan oleh Soejono (2010:421) yang sebagai berikut. Pada masa akhir kadiri
daerah tumampel yang terletak di sebelah timur Gunung Kawi merupakan sebuah
daerah yang di kepalai oleh Akuwu yang
bernama Tunggul Ametung. Daerah Tumampel ini termasuk kedalam wilayah kekuasaan
Kertajaya (Dangdang Gendis) dari Daha (Kadiri).
Untuk raja pertamanya adalah Ken Angrok, seperti pendapat dari (Soekmono,
1973) sebagai berikut. Raja Singhasari pertama adlah cri Ranngah Rajasa
Amurwabhumi, lebih terkenal dengan nama Ken Angrok.
Ken Angrok adalah adalah orang biasa
dari daerah desa yang memeng tidak dikenal oleh banyak orang. Seperti yang di
jelaskan oleh (Soekmono, 1973) beliau memberikan keterangan sebagai berikut.
Menurut cerita, Ken Angrok anak orang biasa
dari desa Pangkur. Ia hidup sebagai pencuri dan penyamun yang luar biasa
saktinya, dan selalu menjadi buron alat-alat Negara. Berkat bantuan seorang
pendeta yang mengambilnya sebagai anak pungut, ia dapat mengabdi kepada seorang
Akuwu (emacam Bupati)bdi Tumampel, yang bernama Tunggul Ametung. Akuwu ini
kemudian di bunuhnya, dan jandanya Ken Dedes, dikawininya.
Sedangkan
pendapat yang sam juga keluar dari Pitono (1978:85) beliau memberikan
keterangan sebagai berikut.
Ken
Angrok adalah seorang biasa dari kalangan rakyatyang berkat kecakapanya yang
istimewa dapat menjadi raja. Ada yang dapat di simpulkan dari keterangan-keterangan
dalam Pararaton yang bersimpang siur itu adalah sebagai berikut. Ken Angrok
adalah seorang pemuda yang berasal dari daerah
sebelah
timur Gunung Kawi setelah berhasil membunuh Akuwu (semacam bupati) di Tumampel,
maka Ken Angrok di angkat sebagai penggantinya.
Sedeangkan
keterangan yang jelas juga di utarakan oleh Koeswoyo (2009:125) sebagai
berikut. Menurut nakah pararaton Ken
Angrok adalah putra Dewa Brahma hasil perselingkuhan dengan seorang wanita dari
daerah Pangkur bernama Ken Ndok. Singhasari dulunya bernama Tumampel dengan
Akuwuh yang bernnama Tunggul Ametung lalu kemudian ia digantikan oleh Ken
Angrok, secara garis besar memang tidak ada keturunan apa-apa antara Tunggul
Ametung dan Ken Angrok, tetapi dengan kepantaran dan kelicikanya ia dapat menguasai
Tumampel yansg lebih dikenal dengan nama Singhasari. untuk periode berikutnya
raja-raja yang menguasai Singhasari secara berganti saling membunuh untuk
merebutkan tahta kerajaan tersebut, dari Ken Angrok yang di bunuh oleh
Anusapati selaku anak dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes yang pada waktu Ken
Dedes di peristri oleh Ken Angrok Ken Dedes sudah mengandung anak dari Tunggul
Ametung, sementara itu setelah Anusapati berhasil membunuh Ken Angrok ia
berhasil menduduki tahta sebagai Raja Singhasari periode berikutnya, akan
tetapi hal tersebut tidak memberikan kesenagan bagi Tohjaya sebagai anak dari
Ken Angrok dari seorang selir yang bernama Ken Umang.
Tohjaya
membunuh Anusapati sebagai raja dan menggantikanya sebagai Raja Singhasari.
akan tetapi menurut kitab Pararaton Tohjaya
tidak berhak menduduki tahta Kerajaan Singhasari jadi Tohjaya hanya memerintah
Singhasari beberapa bulan saja, hal itulah yang menguntungkan bagi Rangga Wuni
(Wisnu wardana) untuk merebut tahta dari tangan Tohjaya. Kekuasaan die pegang
oleh Wisnuwardana yang memang keturunan asli dari Anusapati. Kecuali
Wisnuwardana adalah stu-satunya raja Singhasari yang matinya dengan Wajar.
Karena pada saat itu Wisnuwardana melantik anaknya sendiri sebagai raja muda
yang bernama Kertanegara, kekuasaan kertanegara bias dikatakan sebagai puncak
kejayaan kerajaan Singhasari karena pada saat itu Kertanegara mempunyai politik
yang sangat terkenal yaitu politik Dalam Negeri dan Luar Negeri ataupun dalam
kekuasaan Kertanegara ia ingin menguasa Malaya dan Malaka.
Pada
saat runtuhnya kerajaan Singhasri memang pada saat pemerintahan Kertanegara
karena ia dalah raja terakhir yang memerintah Singhasari, keruntuhan kerajaan
Singhasari bukan dikarenakan serangan dari kerajaan Mongol yang ingin berbalas
dendam karena kedaulatanya tidak diakui oleh Raja Kertanegara, akan tetapi
runtuhnya kekuasaan Kertanegara di karenakan wilayah kekuasaanya yaitu Kadiri
yang pada saat itu di pegang oleh Jaykatwang yang bersekutu dengan Aryawiraraja
sebagai Adipati Sungenep. Penyerangan ini di karenakan Jayakatwang kurang puas
denagan wilayah kekuasaan yang di berikan oleh raja Kertanegara. Dengan itu
maka berakhirlah kekuasaan Kertanegara dan Berakhirlah kerajaan Singhasari.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana masa
pemerintahan Ken Angrok?
1.2.2 Bagaimana masa
pemerintahan Anusapati?
1.2.3 Bagaimana masa
pemerintahan Tohjaya?
1.2.4 Bagaimana masa
pemerintahan Wisnuwarddhana?
1.2.5 Bagaimana masa
pemerintahan Kertanegara?
1.3
Tujuan
1.3.1 Mengetahui masa
pemerintahan Ken Angrok.
1.3.2 Mengetahui masa
pemerintahan Anusapati.
1.3.3 Mengetahui masa
pemerintahan Tohjaya.
1.3.4 Mengetahui masa
pemerintahan Wisnuwarddhana.
1.3.5 Mengetahui masa
pemerintahan Kertanegara.
BAB II
PENJELASAN
2.1
Ken
Angrok
Ken
Angrok adalah pendiri kerajaan Tumapel yang terkenal dengan nama Singhasari.
Ken Angrok sering juga di tulis dengan nama Ken Arok, dalam kitab pararaton Ken Angrok meerupakan putra
dari dewa Brahma dengan manusia biasa yang bernama Ken Ndok (Koeswoyo,
2009:125). Ken Ndok adalah istri dari seorang petani yang bernama Gajah Para.
Ketika Gajah Para sedang pergi ke ladang dan Ken Ndok akhirnya bertemu dengan dewa
Brahma di Tegal Lalateng, akhirnya ketika pertemuan itu Ken Ndok mengandung Ken
Angrok dan dewa brahma berpesan kepadanya tidak berhubungan lagi dengan
suaminya dan kelak bayi yang dikandungnya itu akan menjadi raja di Pulau Jawa
(Soejono, 2010:422).
Lima
hari setelah kejadian itu suaminya meninggal dunia. Ketika sudah dilahirkan Ken
Angrok memiliki keistimewaan yakni dapat memancarkan cahaya, dalam kakawin Nagarakrtagama dia diyakini lahir pada
tahun 1182 M. Beberapa saat setelah kelahirannya itu Ken Angrok dibuang di
sebuah kuburan. Secara bersamaan setelah Ken Angrok di buang oleh ibunya, ada
segerombolan pencuri bernama Lembong yang melewati kuburan itu. Akhirnya Ken
Angrok dibawa pulang oleh Lembong.Dia merupakan seorang yang semasa hidupnya
selalu berbuat tidak baik. Setelah dewasa ia berkelana di sebelah timur gunung
Kawi, disana kejahatan yang dialkukan Ken Angrok semakin menjadi-jadi, mulai
perampokan, pembunuhan, dan pemerkosaan pernah dia lakukan, karena kejahatan
yang dialakukannya itu akhirnya raja Daha memerintahkan untuk melenyapkan Ken
Angrok dari bumi Daha, akuwu Tumapel
pun akhirnya juga memerintahkan untuk menangkapnya. Akan tetapi setiap usaha
yang dilakukan untuk menangkap Ken Angrok, ia selalu bisa melarikan diri
(Soejono, 2010:422).
Pengejaran
untuk menangkap Ken Angrok semakin di perketat, hingga akhirnya datang seorang
brahmana dari Jambudwipa ke jawa yang bernama Danghyang Lohgawe. Dia mengakui
Ken Angrok sebagai seorang anak. Karena ha ini akhirnya Ken Angrok bisa
diterima dan dimaafkan oleh akuwu Tunggul Ametung (Soejono, 2010:422)..
Kesalahan
Ken Angrok yang dimaafkan oleh Tunggul Ametung itu berujung dengan mengabdinya
Ken Angrok di akuwu tumapel. Ketika
pengabdiannya itu Ken Angrok tertarik dengan istri tunggul ametung yang bernama
Ken Dedes yang cantik. Apalagi
Lohgawejuga meramalkan bahwa Ken Dedes akan menurunkan keturunan raja-raja
tanah Jawa. Ini membuat Ken Angrok semakin berhasrat untuk merebut Ken Dedes
dari tangan Tunggul Ametung. Meskipun niatannya itu tidak direstui oleh Lohgawe
(Koeswoyo, 2009:126).
Akhirnya
Ken Angrok berencana untuk membuat keris yang sakti mandraguna. Akhirnya dia
diperkenalkan Bango Samparan kepada sahabatnya yang bernama Mpu Gandringdari
Desa Lulumbang sekaarang dikenal dengan nama Lumbang, yang terkenal sebagai
pembuat pusaka yang sakti mandra guna. Akhirnya Ken Angrok memantapkan untuk
membuat keris kepada Mpu Gandring. Mpu Gandring menyanggupi pesanannya itu akan
tetapikeris itu bisa sempurna dalam waktu satu tahun. Akan tetapi karena
ketidak sabaran Ken Angrok menunggu satu tahun akhirnya Ken Angrok mendatangi
Mpu Gandring lima bulan kemudian untuk mengambil keris itu. Akan tetapi kerena
keris itu belum sempurna akhirnya Ken Angrok marah dan menusukkan keris itu
didada Mpun Gandring sampai tewas. Dalam keadaan sekarat itu Mpu Gandring
mengutuk keris itu bahwa keris itu akan membunuh 7 orang termaasuk Ken Angrok
sendiri, akan tetapi Ken Angrok tidak menanggapi akan kutukan itu.
Ken
Angrok akhirnya merencanakan rencana liciknys lagi untuk membunuh Tunggul
Ametung. Ia meminjamkan keris Mpu Gandring itu kepada Kebo Hijo (rekan Ken
Angrok sesama pengawal). Kobo Hijo memamerkan keris itu kepada semua orang yang
dimilikinya, akhirnya dengan begitu orang sudah mengira bahwa Kebo Hijolah yang
mempunyai keris itu.
Malam
berikutnya setelah itu Ken Angrok mencuri keris itu dari tangan Kebo Hijo
ketika sedang mabuk berat. Ia alu menyusup ke kamar Tunggul ametung dan
membunuhnya di atas ranjang dengan keris menancap didada Tunggul Ametung, ini
disaksikan langsung oleh Ken Dedes. Pagi harinya Kebo Hijo langsung duhukum
mati karena keris Mpu Gnadring yang dipamerkannya kemarin menacap didada sang
raja. Ken Angrok akhirnya mengangkat dirinya sebagai Akuwu dan memperistri Ken Dedes. Pada saat itu tidak ada yang
menentang dengan keputusannya itu. Ken Dedes pada saat itu juga sedang
mengandung anak dari Tunggul Ametung (Koeswoyo, 2009:126).
Setelah
lama ia menjadi akuwu Tumapel, pada
suatu hari ia didatangi oleh para Brahmana yang berasal dari Daha. Mereka
dating ke Tumapel meminta perlindungan dari Raja Daha. Para Brahmana tersebut
akhirnya menobatkan Ken Angrok sebagai Raja Tumapel yang sebelumnya Akuwu (semacam bupati) dan bergeelar Sri
Rajasa Sang Amurwwabhumi (Soejono, 2010:423), akan tetapi di buku lain ia
bergelar Sri Ranggah Rajasa Amurwabhumi yang artinya yang menguasai bumi
(Pitono, 1977:86). Dengan seizing para Brahmana itu pulalah ia mengangkat nama
Bhatara Guru untuk dirinya sendiri dan melakukan pertempuran dengan Dangdang
Gendis di dekat Ganter pada tahun1144 Saka(1222 Masehi) Dalam pertempuran itu
Ken Angrok berhasil mengalahkan Dangdang Gendis dan menjadikan Tumapel sebagai
kerajaan yang berdiri sendiri. Pada tahun 1169 Saka(1274Masehi)ia dibunuh oleh
seorang pengalasan dari batil atas suruhan Anusapati (anak tiri dari Ken
Angrok) Ken Angrok dibunuh ketika makan di sore hari, Anusapati tega membunuh
ayah tirinya karena ketika hidup dia selalu dianak tirikan padahal ia tahu bahwa ia adalah anak kandungnya. Akhirnya dia
mendesak ibunya (Ken Ndok) untuk menceritakan yang sebenarnya bahwa dia adalah
anak kandung dari Tunggul Ametung yang dibunuh oleh Ken Angrok. Anusapati
akhirnya mempunyai tekat untuk membunuhnya. menurut kitab pararaton.
Sedangkan
menurut kakawin Nagarakrtagama
pertempuran itu terjaddi pada tahun 1104 Saka(1182 Masehi) ada seorang raja
besar, putra Sri Girinata. Kono beliau tidak melalui masa kandungan Sri Ranggah
Rajasa atau sering dikenal sebagai Ken
Angrok. Dia memerintah secara bijaksana dan penggempur musuh-musuhnya.
Disebeloah timur gunung Kawi dia memerintah kerajaannya, Kuthataraja nama ibu
kota yang dipimpinnya. Pada tahun 1144 Saka(1222 Masehi) beliau bertempur
melawan Kertajaya. Dalam pertempuran itu dia betrhasil mengalahkan raja
tersebut dan mempersatukan Janggala dengan Kadiri. Dan pada tahun 1170
Saka(1227 Masehi) beliau pulang ke swargaloka, kematian beliau lalu dicandikan
di Kagenengan sebagai Siwa dan usaha sebagai budha (Soejono, 2010:423).
Dari
kedua suber yang ada tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Ken Angrok
merupakan pendiri dan raja pertama dari kerajaan Tumapel(Singhasari)
Dialah
yang menjadi pendiri dinasti Rajasa (Rajasawangsa)
atau dinasti Girindra (Girindrawangsa)
artinya keturunan dari Siwa, yang menjadi cikal bakal dari kerajaan Singhasari
dan Majapahit.sumber lain yang menuliskan tentang Ken Angrok juga didapati pada
kitab Kidung. Akan tetapi kitab
tersebut tidak didapati keterangan mengenai kesejarahan Ken Angrok.
Sampai
pada saat ini pula belum didapati pula prasasti yang ditinggalkan atas
pemerintahan Ken Angrok.akan tetapi prasasti tersbut masih mungkin ditemukan
nantinya. Akan tetapi ada empat prasasti yang menjelaskan tentang Ken Angrok,
antara yakni prasasti Balawi, prasati Maribong, prasati Kusmala, dan prasati
Mula-Malurung.
Selama
hidupnya Ken Angrok menikah sebanyak dua kali. Istri dari Ken Angrok tersebut
adalah Ken Dedes dan Ken Umang. Dari kedua pernikahannya itu Ken Angrok
mempunyai empat orang anak dari setiap istrinya. Berikut adalah silsilah dari
pernikahan Ken Angrok dengan kedua istrinya:
·
Ken Dedes
·
Ken
Umang
Menurut
kitab Pararaton hanya seorang yang
menjadi raja di Tumapel yakni Panji Tohjaya.
2.2
Anusapati
Ketika Ken Dedes menikah dengan Ken
Angrok, ia telah mengandung beberapa bulan dari perkwinannya dengan Tunggul
Ametung yang telah dibunuh oleh Ken Angrok. Anak yang lahir tersebut kemudian
diberi nama Anusapati, yang selanjutnya diangkat sebagai anak oleh Ken Angrok.
Menurut kitab Pararaton Anusapati bukan putra dari Ken Arok dan Ken Dedes,
melainkan putra dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung. Setelah Ia dewasa Ia
mengetahui bahwa Ayahnya
dibunuh oleh Ken Arok sewaktu dirinya masih berada dalam kandungan, ayahnya yang
sebenarnya adalah akuwu Tunggul Ametung, Ken Arok kemudian menikahi Ken Dedes dan mengambil alih jabatan Tunggul Ametung sebagai akuwu Tumapel. Kemudian pada tahun 1222 Ken Arok mengumumkan penaklukan Daha
dan berhasil meruntuhkan Kerajaan Kadiri di bawah pemerintahan Kertajaya.
Setelah Anusapati dewasa, ia merasa bahwa dirinya diperlakukan
dengan cara lain oleh Ken Angrok tidak seperti anak Ken Angrok sendiri.
Peristiwa ini kemudian diselidiki oleh Anusapati yang berakibat terbongkarnya
rahasia tentang meninggalnya Tunggul Ametung. Setelah mendesak ibunya (Ken
Dedes), akhirnya ia pun mengetahui bahwa sesungguhnya ia merupakan anak kandung Tunggul Ametung yang mati dibunuh Ken Arok.Setelah ia
mengetahui bahwa kematian ayahnya disebabkan oleh Ken Arok, ia berusaha untuk
membalas perbuatan Ken Arok tersebut. Anusapati juga berhasil mendapatkan keris
buatan Mpu Gandring yang dulu digunakan Ken Arok untuk membunuh ayahnya.
Dengan menggunakan keris itu, Anusapati menyuruh seorang pangalasan yang berasal
dari Desa Batil berhasil membunuh Ken Arok saat sedang makan pada waktu
senja. Demikian itu kisah kematian Ken Angrok yang telah disebutkan dalam kitab
Pararaton.
Mengingat cara-cara yang digunakan oleh Ken Angrok untuk merebut
tahta kerajaan dan mengingat bahwa Anusapati adalah putra Tunggul Ametung, maka pembunuhan Ken Angrok oleh Anusapati itu
dianggap sebagai suatu pihak oposisi yang akan meruntuhkan kekusasaan Ken
Angrok, mereka menganggap bahwa pemerintahan Ken Angrok itu tidak sah, golongan
ini berusaha untuk mengangkat Anusapati menjadi seorang raja yang sah.
Sepeninggal raja Ken Arok, Anusapati pun menjadi raja. Ia
memerintah selama kurang lebih dua puluh tahun, yaitu dari tahun 1227 M sampai
tahun 1248 M (Soejono, 2010:427). Pemerintahannya dilanda kegelisahan karena
cemas akan ancaman balas dendam anak-anak Ken Arok. Sementara itu,
tentang pemerintahan Anusapati sendiri, baik Pararaton maupun Negarakertagama
tidak memuat penderitaan apa-apa. Ada kemungkinan bahwa raja Anusapati tidak
begitu cakap dalam pemerintahannya, sehingga tidak terdapat aktivitas yang
aktiv. Sementara itu, Anusapati hanya diketahui
pemerintahannya melalui tahunnya saja. Lama-kelamaan berita tentang
pembunuhan Ken Arok oleh Anusapati terdengar oleh Panji Tohjaya putra dari Ken
Arok dan Ken Umang, Ia tidak senang apabila ayahnya dibunuh dengan cara seperti
itu, Ia pun ingin menuntut balas.
Akhirnya pada tahun 1248 M, Anusapati dapat dibunuh oleh Tohjaya,
ketika keduanya sedang menyabung ayam Anusapati kemudian didharmakan di Kidal
(Soejono, 2010:427). Kitab Pararaton kemudian menceritakan bahwa Anusapati
dibunuh oleh Tohjaya, seorang putra Ken Angrok dari seorang selir. Dijelaskan
pula bahwa jenazah Anusapati di candi Kidal dalam bentuk perwujudan sebagai
dewa Siwa, diasumsikan pula bahwa perwujudannya sendiri disimpan di Amsterdam.
Sementara itu menurut kitab Negarakertagama Anusapati bukan putra
dari Ken Dedes dan Tunggul Ametung, melainkan putra dari Ranggah Rajasa Sang
Girinathaputra, yaitu nama pendiri dari kerajaan Tumapel, dengan kata lain Ia
adalah putra dari Ken Arok, karena Tunggul Ametung tidak pernah disebutkan
dalam kitab Negarakertagama. Disebutkan pula bahwa Anusapati memerintah sejak
tahun 1227 menggantikan ayahnya, pemerintahan yang dijalankan pun berjalan
dengan tenang. Misteri kematian Anusapati
yang terdapat dalam kitab Pararaton dan kitab Negarakertagama, jika
dalam kitab Pararaton Anusapati meninggal karena dibunuh oleh Tohjaya, maka
dalam kitab Negarakertagama Anusapati meninggal secara wajar.
2.3
Toh jaya
Toh
jaya adalah anak dari Ken Angrok dengan selirnya Ken Umang, dia menggantikan
ayahnya Ken Angrok yang di bunuh oleh Anusapati. Dengan cara membunuh Anusapati
dia bisa menjadi raja di Singhasari. seperti yang di terangkan oleh Pitono
(1978:89).
Anusapati
wafat karena di bunuh oleh Toh Jaya kemudia Tohjaya inilah yang menggantikan
sebagai raja. Tetapi dalam buku Negara Kertagama nama Tohjaya tidak ada
disebut. Hal ini dapat dapat di maklumi karena prapanca seorang penulis keratin
yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat istana. Memang Tohjaya sebagai anak
selir tidak berhak menduduki tahta kerajaan. Buku pararaton juga hanya menyebut
tentang raja Tohjaya ini terutama yang mengenai peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan kematianya. Mengenai segi pemerintahanya tak ada yang dikatakan
karena Tohjaya memerintah beberapa bulan saja.
Sedangkan
menurut Soejono (2009: 429) beliau
memberi keterangan tentang Tohjaya sebagai berikut.
Berita
pararaton mengenai pergeseran kekuasaan dari tangan Anusapati ke tangan Tohjaya
ini berlainan sekali dengan keterangan yang
terdapat di dalam prasasti
Mula-Malurung. Menurut prassti ini panji
Tohjaya tidak menggantikan Anusapati, tetapi menggantikan adiknya yang
bernama Nararyya Gunging Bhaya. Tohjaya dan Gunging Bhaya didalam prasasti ini
keduanya di sebutkan sebagai paman dan Nararyya Smining Rat
(Wisnuwardana). Prasasti Mula-Malurung
menyebutkan bahwa sepeninggal Nararyya Gunging Bhaya Nararyya Tohjaya kemudian
menggantikan menjadi raja. Bedasarkan uraian di dalam kakawin Negarakertagama
dan kitab Pararaton dapat di ketahui bahwa tohjaya tidak lama memerintah. Ia
hanya memerintah beberapa bulan saja
pada tahun 1248 masehi. Pada masa pemerintahany aterjadi pemberontakan yang di
lakukan oleh orang-orang sinyelir menyerbu kedalam istana. Dalam penyerbuan itu
Tohjaya luka kena tombak, kemudian diusung dan diungsikan oleh pengikutnya ke
Katanglumbang. Sesampainya di katang lumbang ia meninggal dan di candikan di
katang lumbang.
Selain
itu pendapat yang sama juga di utarakan oleh (?) sebagai berikut.
Tohjaya
hanya beberapa bulan saja memegang tampuk pemerintahan. Tibalah giliran Rangga
Wuni, anak Anusapati untuk berganti membalas kematian ayahnya. Tohjaya sempat
melarikan diri, tetapi luka-luka dalam pertempuran akibat serangan Ranggawuni.
Dalam pelarian itu toh jaya meninggal dunia, dan dicandikan di Katang Lumbang
(tidak di ketahui dimana)
2.3.1 Masa berakhirnya Tohjaya
Menurut
Soejono (2009:430) tentang kematian Tohjaya ada dua versi sebagai berikut.
Tentang
kematian Tohjaya itu ada dua versi yang agak berbeda, yaitu yang terdapat dalam
kitab pararaton yang berbentuk prosa
(pararaton A) dan yang berbentuk kidung (pararton B). Pararaton
A menceritakan bahwa pada waktu
pasukan Rajasa dan pasukan Sinelir menyerbu istana di waktu malam, tohjaya
tertombak tetapi tidak meninggal. Lalu ia di larikan oleh hambanya ke luat
istana di waktu malam dalam usungan. Di tengah jalan salah seorang hambanya itu
lepas kakinya, dan terlihat oleh raja pantatnya. Karena melihat pantat itulah
Tohjaya tidak lama menjadi raja. Pararaton
B memberikan pengertian yang
mendekati kenyataan. Setelah mendapat serangan pasukan Rajasa dan Sinelir,
Tohjaya sempat melarikan diri dengan naik kuda. Ia dikejar musuh-musuhnya
dengan di teriaki. Setiba di katang lumbang ia terhalang oleh sungai sehingga
terkejar musuh. Pertempuran berkobar lagi. Tohjaya terkepung dan akhirnya gugur
dalam pertempuran itu.
2.4
Wisnu Wardana
Wisnu
wardana adalah raja yang memimpin kerajaan Singhasari pada tahun (1248-1268),
yang menggantikan kekuasaan dari Tohjaya. Seperti yang utarakan oleh (Fitono
1978:90) yang memberikan pengertian
sebagai berikut.
Dengan
kematian Tohjaya, maka Rangga Wuni menggantikan sebagai raja dengan nama Abhiseka Sri Jaya Wisnuwardana.
Didalam pemerintahanya ia di bantu oleh saudara sepupunya dengan nama Abhiseka
Narasimhamurti. Kedua orang ini memeerintah bersama dengan bersatu
Negarakertagama menyebutkan bahwa mereka memerintah sebaagai Indra dan Wianu.
Pararaton menyebutkan bahwa pemerintahan mereka sebagai 2 ekor ular dalam satu
lubang.
Hal
yang sama juga di utarakan oleh Soejono (2010) yang memberikan pengertian
sebagai berikut.
Sepeninggal
Tohjaya, pada thun 1248 M Rangga Wuni dinobatkan menjadi raja dengan bergelar
Sri Jayawisnuwardana. Dalam menjalankan pemerintahanya ia didampingi oleh
mahisa Campaka. Mahisa Campaka adalah anak Mahasiswa adalah anak Mahisa Wonga
Teleng, yaitu anak Ken Arok dari Ken Dedes. Yang di beri nama gelar ratu anghabaya. Dengan nama gelar
Narasinghamurtti. Kedua orang itu memerintah bersama seperti Madhawa (Wisnu)
dan Indra, atau sebagai dua ekor ular dalam satu lubang.
Hal
yang lain juga di utarakan oleh (?) beliau memberika pendapat sebagai berikut.
Dalam tahun 1248 itu juga Rangga
Wuni menaiki tahta kerajaan Singhasari dengan nama Cri Jaya Wisnuwardana. Ia
adalah raja Singhasari yang pertama yang namanya dikenalkan dalam prasasti.
Saudara sepupunya, mahisa Cempaka, anak Wonga Teleng, yang selalu senasib
sepenanggungan dengan Rangga Wuni, diberinya kekuasaan pula untuk ikut
memerintah dengan pangkat Ratu Anghabaya dan gelar Nara simhamurti. Di
ceritakan bahwa mereka memerintah berdua bagaikan Wisnu dan Indra.
Disana kedudukan Narasimhamurti
dalam pemerintahan Wisnuwardana di kerajaan Singhasari adalah sebagai ratu
Anghabaya. Seperti yang di jelaskan oleh Fitono (1978:90).
Disini kedudukan Narasimhamurti
dalam pemerintahan adalah sebagai ratu anghabaya. Gelar ini hanya dua kali di
pakai dalam sejarah Indonesia, pertama pada jaman Singhasari dan kedua kalinya
dalam jaman Majapahit. Kata ” Anghabaya” terdiri dari kata dasar “bhaya” yang
berarti bahaya. Awalan a(ng) dalam bahasa jawa kuno mempunyai arti aktif. Kata
“Anghabaya” dengan demikian berarti “menuju kepada tidak adanya bahaya”.
Jadi dalam penguasaan kerajaan
Singhasari periode Wisnuwardana Singhasari di pimpin oleh dua penguasa yang
bagaikan 2ular dalam satu lubang yaitu Sri Jaya Wisnuwardana dan
Narasimhamurti. Dalam system pemerintahan raja-raja yang pernah memimpin
kerajaan Singhasari terkenal dengan perebutan kekuasaan yang pada akhirnya
harus terjadinya tragedy saling bunuh membunuh antara raja penguasa. Seperti
halnya yang di jelaskan oleh Soejono (2010:431) beliau memberikan pengertian sebagai
berikut.
Dari kitab Pararaton di ketahui bahwa pada masa awal kerajaan Singhasari ada
tiga orang raja yang berturut-turut memerintah menggantikan yang lainya dengan
jalan pembunuhan. Ketiga raja tersebut ialah Tunggul Ametung, kemudian Ken
Arok, digantikan oleh anak tirinya yang bernama Anusapati setelah ia berhasil
menyuruh seorang pengalasan untuk
membunuh Ken Arok. Akhirnya, Tohjaya anak Ken Arok dari Ken Umang, berhasil
membunuh Anusapati dan menggantikan menjai raja. Berita tentang adanya peristiwa
saling membunuh diantara raja-raja Singhasari ini di dalam Prasasti Mula
Malurung disebutkan dengan istilah lina.
2.4.1 Berakhirnya
kekuasaan wisnuwardana
Berakhirnya kekuasaan Wisnuwardana
di tandai dengan dinobatkanya anaknya yang bernama Krtanegara akan tetapi pada
saat itu Wisnuwardana tidak turun tahta melainkan masih memerintah kerajaan
Singhasari. seperti halnya yang utarakan oleh (?) yang memberikan pernyataanya
sebagai berikut. Dalam tahun 1254 sang raja menobatkan anaknya, Krtanegara,
sebagai raja, tetapi ia sendiri tidak turun tahta melainkan memerintah terus
untuk anaknya itu. Pernyataan yang lain juga di utarakan oleh Fitono (1978:92)
pada tahun 1254 A.D. raja Wisnuwardana mengangkat puteranya Krtanegara sebagai
Yuvaraja (raja muda). Selain itu berakhirnya kekuasaan Wisnuwardana juga di
tandai dengan berakhirnya usianya atau sepeninggalnya, seperti yang di utarakan
oleh Soejono (2010:433) yang memberikan keterngan sebagai berikut. Menurut
kakawin Negarakertagama Wisnuwardana
meninggal pada tahun 1268 M, dicandika di Waleri dengan arca Siwa, dan di
jajaghu dengan arca Buddha. Hal serupa di jelaskan oleh Fitono (1978:92) raja
wisnuwardana adala satu-satunya raja Singhasari yang meninggal dunia dengan
cara ang wajar dalam arti dengan tidak kekerasan. per istiwa ini terjadi pada
tahun 1268 A.D. jenazahnya dimakamkan di dua tempat yakni.
1. Di
Weliri (sekarang weliri dekat Blitar). Disina dimakamkan sebagai dewa siwa.
2. Di
jajghu (sekarang candi jago dekat Malang). Di sini Wisnuwardana di makamkan sebagai
Buddha Moghapasa. Saying sekali arca-arca dari candi jago Ini sudah banyak yang
di pindahkan dari tempatnya, sebagian ada yang di simpan di museum Jakarta.
Sementara itu (?) memberikan pendapatnya
sebagai berikut.
Wisnuwardana
meninggal dahun 1268 di Mandaragiri, dan di candika di Waleri dalam
perwujutanya sebagai Ciwa dan Jajaghu (candi jago) sebagai Amoghapaca. Candi
Jago ini menarik perhatian, oleh karena kakinya yang bertingkat tiga dan
tersusun berundak-undak dan tubuh candinya yang letaknya di bagian belakang
kaki candi,menunjukan timbulnya kembali unsure-unsur Indonesia (semacam limas
berundak-undak). Pun disini untuk pertama kalinya Nampak betul pengindonesian
keseluruhanya : relief-reliefnya merupakan pahatan datar, gambar-gambar
orangnya menyerupai wayang kulit Bali sekarang, dan tokoh-tokoh satrianya di
ikuti panakawan (bujang pelawak).
2.5 Kertanegara
Kertanegara adalah raja singhasari
yang terakhir, dia adalah putra dari Wisnuwardana yang ingin menyatukan
nusantara dengan kekuasaanya. Seperti pendapat dari Koeswoyo (2009:133) sebagai
berikut.Sri maharaja Kertanegara menjadi raja sekitar tahun 1268-1292 M.
kertanegara adalah raja terakhir memerintah kerajaan Singhasari. Masa
pemerintahan kertanegara dikenal sebagai masa kejayaan Singhasari dan ia
dipandang sebagai penguasa jawa pertama yang berambisi ingin menyatukan wilayah
nusantara. Sedangkan hal yang serupa juga di utarakan oleh (?) yang berpendapat
sebagai berikut. Dari raja-raja Singhasari, Krtanegaralah yang paling banyak
kita ketahui riwayatnya, dan pemerintahan krtanegara pulalah yang paling banyak
peristiwanya. Hal yang lain juga di jelaskan oleh Pitono (1978:92) mengenai
latar belakang dari Krtanegara sebagai berikut.
Pada
tahun 1254 A.D. krtanegara diangkat oleh ayahnya (Wisnuwrdana) sebagai
yuvaraja. Selain dari pada itu juga ada peristiwa lain yang penting yakni bahwa
nama ibu kota kerajaan yang semula bernama Kutaraja dirubah menjadi Singhasari.
ibu kota kerajaan ini dapat di lokalisir di sekitar kota Singhasari sekarang kurang
lebih 10 KM sebelah utara kota Malang.
Sebelum
Kertajaya memimpin kerajaan Singhasari, kertajaya dijadikan raja muda oleh
ayahnya yaitu Wisnuwardana yang memang pada saat itu kerajaan Singhasari masih
dipimpin oleh Wisnuwardanaseperti halnya yang di utarakan oleh Koeswoyo
(2009:134) sebagai berikut. Kertanegara adalah putera Wisnuwardana yang berusia
sekitar tahun 1248-1268. Ibunya bernam Waning Hyun yang bergelar jayawandani.
Waning Hyun adalah puteri dari Mahisa Wongsa Teleng, putera Ken Angrok. Istri
kertanegara bernama Sri Bajradewi.
2.5.1 Masa pemerintahan
Untuk masalah awal dari
pemerintahan Krtanegara dapat kita lihat dari berbagai prasasti peninggalanya
salah satunya adalah prasasti Mula Malurung yang menjelaskan bagai man awal
dari pemerintahan Krtanegara. Seperti halnya yang di ungkapkan oleh Koeswoyo
(2009:136) sebagai berikut.
Bedasarkan
Prasasti Mula Malurung. Sebelum menjadi raja
Singhasari, Kertanegara lebih dulu diangkat sebagai Yuwaraja di Kadiri
tahun 1254 Masehi. Gelar Abhiseka yang ia pakai ialah Sri Maharaja Sri
Lokawijaya Purosuttama Wira Asta Basudewadhipa Narottungga Dewa. Kertanegara
naik tahta Singhasari tahun 1268 Masehi menggantikan ayahnya, Wisnuwardana.
Menurut pararaton ia adalah satu-satunya raja Singhasari yang naik tahta secara
damai. Kertanegara merupakan sosok raja Jawa pertama yang ingin memperluas
kekuasaanya mencakup wilayah Nusantara. ia tewas karena pemberontakan
Jayakatwang.
Sedangkan Sojono (2010:436) berpendapat
mengenai Kertanegara sebagai berikut.
Raja
Krtanegara adalah seorang raja Singhasari yang sangat terkenal, baik dalam
bidang politik maupun keagamaan. Dalam bidang politik ia dikenal sebagai
seorang raja yang mempunyai gagasan perluasan cakrawala mandala ke luar pulau Jawa, yang meliputi daerah seluruh dwipantara. Dalam bidang keagamaan dia
sangat menonjol dan dikenal sebagai seorang penganut agama Buddha.
Untuk
masalah keagamaan seperti yang di utarakan oleh (?) beliau berpandapat sebagai
berikut. Mengenai urusan keagamaan diangkatlah seorang Dharmadhayaksa ri
kasogatan (kepala agama buddha). Di samping itu ada lagi seorang pendeta yang
mendampingi raja, seorang mahabrahmana dengan pangkat cangkhadhara. Sedangkan
menurut Soejono (2010:440) berpendapat bahwa.
Dalam
bidang keagamaan raja Kertanegara berusaha pula untuk mengimbangi Khibilai
Khan, yaitu dengan menganut juga agama Buddha Tantrayana dari aliran Kalachakra. Aliran ini mulai berkembang
di Benggala menjelang akhir masa menjelang akhir dinasti pala. Dari sana aliran
ini menyebar dari Tibet dan Nepal. Raja-raja mongol ternyata amat tertarik
dengan aliran ini karena lebih sesuai dengan jiwa mereka. Di Jawa aliran ini
bercampur dengan pemujaan terhadap Siwa-Bhairama. Aliran agama yang di anutoleh
raja Kertajaya itu dapat disimpulkan dari Kakawin Negarakrtagama dan dari kenyataan bahwa dia di tahbiskan sebagai
jina di kuburan Wurara pada tahun 1289 M.
Untuk awal dari pemerintahan Krtanegara
ia mengganti nama Kutaraja menjadi Singhasari. sebagai mana yang di utarakan
oleh Pitono (1978:92).
Tentang
pergantian nama menjadi Singhasari ini (nama lengkap: dari kota itu ialah
Singhasarinegara) mungkin ada hubunganya dengan usaha penghormatan dari
Krtanegara terhadap teman memerintah ayahnya dan juga menjabat sebagai “ ratu
anghabaya” masih diteruskan. Hal ini disebabkan mungkin Krtanegara masih belum
merasa mampu untuk bertindak karena pengalamanya belum banyak. Sebagaimana
dikemukakan di atas, “system Ratu anghabaya itu hanya diadakan pada waktu-waktu
tertentu” yakni apabila terdapat
pemerintahan dari seorang kuat di samping raja sebagai pembantu. Bahwasanya
kertanegara menganggap kalau system “Ratu anghabaya” itu tidak sesuai dengan
keinginanya, ternyata dari usahanya melenyapkan jabatan itu beberapa waktu
setelah tahun 1268 yakni tahun dimana ayahnya Wisnuwardana wafat dan yang tidak
lama kemudian di ikuti oleh Narasimhamurti.
2.5.2 Sifat dari
Krtanegara
Raja Krtanegara mempunyai
sifat-sifat penting yang ternyata kelak akan menentukan tindakanya kemudian
hari, sebagaimana yang telah di deskripsikan oleh Pitono (1978:93) sebagai
berikut.
1. Sangat
ambisius, yakni penuh dengan cita-cita. Cita-cita ini selalu mendorong bagi
segala tindakannya dan sedapat mungkin dilaksanakan.
2. Berpandangan
luas
3. Cakap,
dan bersikap tegas
4. Seorang
ahli Negara yang ulung
5. Mempunyai
pengetahuan yang tinggi terutama tentang agam sebagaimana ternyata dari buku
yang di tulsnya bernaja Rajapatigundala.
6. Menurut
paham kebebasan dalam menjalankan agama.
Selain
itu hal yang serupa juga di utarakan oleh Koeswoyo (2009:134) sebagai berikut.
“Raja
Krtanegara mempunyai maha mantra bernama mpu Raganata. Mpu Raganata adalah
orang baik,jujur,dan pemberani. Tanpa tedeng aling-aling, ia berani
mengekumakan keberatan-keberatannya terhadap sikap dan pimpinan sang prabu.
Hubungannya dengan Prabu Krtanegara disamakan dengan hubungan Patih Sri
Laksmikirana dengan Prabu Sri Cayapurusa dalam cerita Singhalanggala. Juga
patih Sri Laksmikirana bersikap jujur, berani membantah, dan mencela sikap sang
prabu Cayapurasa. Prabu Kertanegara yang berwatak angkuh dan sadar akan
kekuatan dan kekuasaanya (ahangkara) menolak mentah-mentah pendapat dan
keberatan Mpu Raganata, seolah-olah disiram dengan kejahatan mendengar ujaran
Mpu Raganata. Dengan serta merta, Mpu Raganata di pecat dari jabatanya, di
gantikan oleh mahisa Anegah Panji Anggragani.
Sedangkan
Soejono (2010:441) memberikan gambaran tentang sifat dari Kertanegara sebagai
berikut.
Kakawin Negarakrtagama menggambarkan raja Krtanegara sebagai seorang raja
yang tidak ada bandinganya di antara raja-raja di masa lampau. Ia sempurna di
dalam sadguna (ilmu ketatanegaraan),
paham akan segala ilmu pangetahuan, menguasai ajaran tatwopadesa (ilmu tantang hakikat), patuh pada hokum, teguh dalam
menjalankan ketentuan-ketentuan agama yang berhubungan dengan pemujaan jina (apageh ing jinabrata), amat berusaha
dalam menjalankan prayogakraya (ritus-ritus
tantra), dank arena itu keturun-keturunanya menjadi raja. Kemudian dikatakan
bahwa raja tidak pernah melalaikan kewajibanya, tidak pernah lupa daratan (luput ing mada), makin memperhatikan naya (kebijaksanaan) karena ia insaf
akan kesulitan memerintah di dunia ini dalam zaman kaliyuga.
2.5.3 Politik pemerintahan kertanegara
Suatu kekuasaan tidak terlepas dari
apa yang dinamakan dengan Politik, termasuk di dalam kekuasaan Kertajaya di
kerajaan Singhasari. biasanya politik tersebut di bagi menjadi dua yaitu
pilitik dalam negeri dan politik luar negeri. Dalam kasus ini kita bias lihat
pendapat dari berbagai tokoh dan sejarawan. Salah satunya dari Pitono (1978:94)
yang menerangkan bahwa.
Politik
dibagi menjadi dua yaitu pilitik dalam negeri dan politik luar negeri.
1.
Politik dalam
negeri
Politik dari dalam negeri dari
Kertanegara terutama di maksutkan guna memenuhi dua maacam kebutuhan yakni kelancaran
pemerintahan dan stabilitasi. Tindakan pertama dari Kertanegara adalah memecat
Mapatih Rangganata dan menggantinya dengan Kebo Tengan Apanji Aragani. Alasanya
ialah mapatih rangganata tidak menyetujui pandangan politik baru dari
Kertanegara. Yakni cita-cita persatuan Nusantara. tetapi buku pararaton
mengatakan bahwa tindakan itu sangat tidak bijaksana.
Selain itu untuk mengadakan stabilitas
politik dalam negeri raja Kertanegara di tujukan terutama terhadap kerajaan
Kadiri karena bagian kerajaan ini mempunyai kedudukan yang terpenting jika di
bandingkan dengan bagian-bagian yang lain. Usahanya antara lain.
a.
Mengangkat
Jayakatwang sebagai wakil raja kadiri Jayakatwang adalah keturunan dari
Kertajaya, raja terakhir dari kadiri yang di kalahkan oleh Ken Arok.
b.
Mengangka
putra Jayakatwang yang bernama Adharaja sebagai menantu. Usaha krtanegara ini
di maksutkan sebagai usaha untuk mendekatkan keturunan krtajaya kepada istana
Singhasari. tetapi inipun gagal.
c.
Mengangkat
Banak Wide, seorang penjabat rendah di istana jadi bupati sumenep dengan gelar
Arrya Wiraraja.
2.
Politik luar
negeri
Yang disebut dengan “luar negeri” pada jaman
pemerintahan krtanegara sesungguhnya iyalah semua daerah yang terletak di luar
kerajaan Singhasari sendiri, sehingga daerah-daerah Indonesia yang lain seperti
Bali dan Sumatra yang di anggap ebagai luar negeri. Didalam menjalankan politik
luar negeri ini, kertanegara mempunyai dua tujuan yakni:
a.
Stabilisah-daerah
lain di nusantara dalam arti mempersatukan daerah-daerah itu di bawah pimpinan
Singhasari.
b.
Mengurangi
pengaruh dari dua kerajaan besar yang merupakan lawan-lawan politik dari
kertanegara yakni Sriwijaya dan Cina.
Selain
itu uraian yang sama juga di jelaskan oleh Koeswoyo (2009:136) yang berpendapat
sebagai brikut.
Untuk
memenuhi ambisinya, dilaksanaknlah ekspedisi pamalayu yang bertujuan untuk
menaklukan kerajaan-kerajaan di Sumatra sehingga dapat memperkuat pengaruhnya
di selat Malaka yang merupakan jalur ekonomi dan politik penting. Ekspedisi in
juga bertujuan untukmenghadang pengaruh kekuasaan Mongol yang teelah menguasai
hamper seluruh daratan Asia. Pengiriman pasukan ke Sumatra di lakukan sekitar
tahun 1275 Masehi di bawah pimpinan Kebo Anabrang. Sekitar tahun 1268 Masehi ,
kerajaan Dharnasraya dapat di tundukan. Kertanegara mengirim utusan yang di
pimpin Adwayabrahma membawa Arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan dan
hubungan diplomatic dengan Raja Dharmasraya yang saat iu bernama Srimat
Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa. Ekspedisi pamalayu adalah sebuah operasi militer
yang dilakukan Kerajaan Singhasari terhadap Pulau Sumatra sekitar tahun
1275-1293 Masehi. Sasran Ekspedisa Pamalayu adalah menaklukan Kerajaan
Dharmasraya. Negara kertagam menyebut Dharmasaraya dan Palembang merupakan dua
diantara sekian banyak daerah jajahan Majapahit di pulau Sumatra. Kerajaan
Dharmasraya muncul menggantikan peran Sriwijaya sebagai penguasa pulau Sumatra.
Kerajaan Dharmasraya merupakan kelanjutan dari kerajaan melayu yang dulu di
taklukan oleh Sriwijaya tahun 683 Masehi.setelah kemunduran Sriwijaya, bangsa
Melayu bangkit kembali di bawah pimpinan Srimat Trailokyabhusana Maulimarwadewa
sebagai mana yang tertulis dalam prasasti grahi tahun 1183.
Mengenai
hal tersebut pendapat yang sam juga di keluarkan oleh (?) mengenai politik dari
Krtanegara dalam perluasan wilayahnya.
Dalam
politiknya, kertanegara mencita-citakan kekuasaan yang meliputi daerah-daerah
di sekitar kerajaan Singhasari sampai seluas mungkin. Untuk maksud ini maka ia
menyingkirkan tokoh-tokoh yang mungkin menentang atau menjdi penghalng :
mula-mula patinya sendiri, yang bernam Kebo Arema atau Raganata, ia dig anti
dengan Kebo Tengah atau Aragani. Raganata dijadikan adhyaksa di Tumampel.
Kemudian seorang yang kurang di percaya karena terlalu dekat dengan Kadiri,
bernama Banak Wide, di jauhkan dengan pengangkatan menjadi bupati di Sungenep
(Madura) dengan gelar Arya Wiraraja. Dari Negara kertagama dapat diketahui.
Bahwa dalam tahun 1284 Bali di taklukan oleh Krtanegara. Pula bahwa Pahang,
Sunda, Bakulapura (Kalimantan Barat daya) dan Gurun (Maluku) termasuk juga
kedalam lingkungan kerajaan Singhasari.
Selain
itu Soejono (2010:437) berpendapat seperti yang tertera berikut ini.
Pada
tahun 1275 M Krtanegara mengirimkan ekspedisi untuk menaklukan Melayu. Pada
tahun 1280 M baginda raja membinasakan durjana yang bernama Mahisa Rangkah, dan
pada tahun 1284 M menaklukan Bali, rajanya di tawan di bawa ke Singhasari.
demikianlah, seluruh daerah-daerah lain tunduk di bawah kekuasaan Kertanegara,
yaitu seluruh Pahang, seluruh Melayu, seluruh Gurun, seluruh Bakulapura, karena
seluruh Pulau Jawa tunduk di bawah kekuasaan raja Kertanegara. Pahang terletak
di Malaysia, Melayu terletak di Sumatera Barat, Gurun nama pulau Indonesia
bagian timur, dan Bakulapura atau Tanjungpura terletak di bagian barat daya
Kalimantan. Rupa-rupanya yang dimaksut oleh pengarang Negarakertagama dengan nama-nama itu ialah wilayah Semanajung Tanah
Melayu, seluruh Sumatra, seluruh Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur seperti
ternyata dari bagian lain dari kitab Negarakertagama.
Jadi
dengan kuatnya Negara Singhasari raja Kertanegara ingin memperluas wilayahnya
seluas mungkin meliputi daerah, Malaysia,Melayu dan Indonesia Bagian Timur
(Maluku). Pendapat yang lain juga di paparkan oleh (wikipedia) sebagai berikut.
Kertanagara adalah raja terakhir dan
Raja terbesar dalam sejarah Kerajaan Singosari (1268 – 1292). Ia adalah raja
pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim
pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatrasebagai benteng pertahanan
dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah
Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya
dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arcaAmoghapasa yang dari
Kerajaan Singosari, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Kerajaan Singosari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas olehKertanagara. Kitab Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Kerajaan Singosari di luar Jawa pada masa Raja Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
Kerajaan Singosari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawaakhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakanJayakatwang (Bupati Gelang-Gelang), yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Raja Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Raja Kertanagaramati terbunuh Sedangkan Raden Wijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantuRaja Kertanagara, lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desaMajapahit..Setelah runtuhnya Kerajaan Singosari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singosari pun berakhir.
Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Raja Jayakatwang diKediri. Setelah Raja Jayakatwang terbunuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Kerajaan Singosari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Kerajaan Singosari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas olehKertanagara. Kitab Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Kerajaan Singosari di luar Jawa pada masa Raja Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
Kerajaan Singosari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawaakhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakanJayakatwang (Bupati Gelang-Gelang), yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Raja Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Raja Kertanagaramati terbunuh Sedangkan Raden Wijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantuRaja Kertanagara, lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desaMajapahit..Setelah runtuhnya Kerajaan Singosari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singosari pun berakhir.
Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Raja Jayakatwang diKediri. Setelah Raja Jayakatwang terbunuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Kerajaan Singosari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
2.5.4 Masa berakhir kekuasaan
Kertanegara
Sebuah
kekuasaan pasti ada akhirnya entah itu akhir yang sangat bahagia atau malah senaliknya,
seperti halnya kekuasaan dari Kertajaya di kerajaan Singhasari seperti yang di
utarakan oleh Pitono (1978:100).
Raja
Kertajaya telah member malu utusan kaisar Kubhilai Khan yang bernama men ki’I
yang terjadi pada tahun 1289. Mendengar peristiwa ini kaisar Kubhilai Khan
sangat marah. Dengan segera diperintahkan untuk menyusun sebuah armadayang
lengkap dengan senjata guna menghukum raja Singhasari yang begitu kurang sopan
itu. Tetapi ketika pasukan cina itu tiba di Jawa pada tahun 1292 raja kertanegara
telah mati terbunuh lebih dahulu. Dalam rangka Stbilisasi pemerintahan
Kertanegara telah mengangkat seorang keturunan dari Krtajaya (raja terakhir
dari karajaan kadiri) yang bernama Jayakatwang sebagai wakil raja untuk
memerintah daerah kadiri. Rupa-rupanaya kedudukan ini tidak memuaskan hati
Jayakatwang di tambah pula mengingat kebesaran nenek moyangnya dahulu. Dalam
tahun 1291 Jayakatwang mengerahkan pasukannya guna menyerang Singhasari.
jayakatwang menggunakan taktik menjepit. Pasukan di pecah menjadi dua.
Pasukan-pasukan biasa dalam jumlah yang besar di suruh menyerang dari arah
utara.
Sementara
itu hal yang lain juga di jelaskan oleh (?) yang memberikan penjelasan sebagai
berikut.
Sementara
itu berkali-kali telah datang ke Singhasari utusan-utusan dari Tiongkok, yang
menuntut pengakuan kedaulatan Kaisar Kubhilai Khan. Mula-mula kertanegara tidak
menghiraukanya—memang ia tidak menghiraukanya memang ia tidak bersedia mengakui
kedaulatan Tiongkok, tetapi lama-kalamaan ia kesal pula. Pimpinan utusan yang
datang tahun 1289, ialah K’I, dikirim kembali setelah ia diberi cacad pada
mukanya. Penghinaan ini menimbulkan amarah yang bukan main pada kaisar
Tiongkok, sehingga ia menyiapkan tentara untuk menghukum raja Jawa. Sebelum ada
apa-apa dari Tiongkok ternyata ada bahaya lain yang lebih dekat dan tidak
terduga. Sejak tahun 1271 di Kadiri memerintah seorang raja bawahan, ialah raja
Jayakatwang. Raja ini bersekutu dengan wiraraja dari sungenep, yang selalu
memata-matai Krtanegara. Insiden dengan Tiongkok dan paginya pasukan Singhasari
ke Sumatra, yang sampai sekian lamanya belum juga kembali itu, merupakan
kesempatan baik, untuk menggulingkan Krtanegara.
Hal
yang sama juga di utarakan oleh Koeswoyo (2009:142) tentang berakhirnya
kekuasaan Kertanegara sebagai berikut. Menurut catatan Dinasti Yuan, Kaisar
Khubilai Khan mengirim pasukan Mongol untuk menyerang kerajaan Singhasari tahun
1292 Masehi. Namun, Singhasari sudah runtuh akibat penberontakan Jayakatwang.
Sementara
itu Soejono (2010:443) memberikan pengartian yang lebih lengkap mengenai awal
dari berakhirnya kekuasaan Singhasari sebagai berikut.
Keruntuhan
Kertanegara datang dari jurusan lain. Dimuka telah disebutkan bahwa kerajaan
Kadiri telah di kalahkan oleh Sri Rajasa buyut raja Kertanegara. Kadiri tidak
di hancurkan, tatapi tetap di perintah oleh keturunan raja Kertajaya dengan
mengakui kepemimpinan Singhasari. sejak tahun 1271 M, Jayakatwang, salah
seorang keturunan raja Kertajaya, memerintah di Gelang-gelang. Raja kertanegara
telah mengambil langkah untuk menjaga hubungan Politik yang baik dengan
Jayakatwang, yaitu dengan jalan mengambil anaknya yang bernama, Arrdharaja
sebagai menantunya, demikian pula saudara perempuan raja Kertanegara yang
bernama Turukbali menjadi istri raja Jayakatwang. Akan tetapi, karena hasutan
patihnya, Jayakatwang bertekat akan membalas denda, kematian leluhurnya oleh
leluhur raja Kertanegara. Kitab Pararaton
menambahkan bahwa dalam usaha meruntuhkan kerajaan Simghasari itu
Jayakatwang mendapat bantuan dari Arya Wiraraja, adipati Sungenep, yang telah
di jauhkan dari keraton oleh raja Kertanegara. Wiraraja itulah yang
memberitahukan kepada jaya katwang kapan waktu yang tepat untuk menyerang
Singhasari, yaitu pada waktu sebagian kekuatan Tentara Singhasari sedang ada di
Melayu. Raja Kertanegara di candikan di Singhasari dengan tida arca perwujudan,
yang melambangkan trikaya, yaitu
sebagai Siwa, Budha dalam bentuk Bhairawa yang melambangkan nirmanakaya, sebagai Ardhanari lambing Sambhogapaya, dan sebagai Jina dalam
bentuk Akshobya yang melambangkan dharmamakaya.
Ada satu tempat lagiyang biasanya di tafsirkan sebagai tempat percandian raja
Krtanegara, adalah Jajawa atau candi Jawi dekat Prigen (Malang)
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
ken
angrok merupak pendiri dan sekaligus raja pertama dari kerajaan Tumapel
(Singhasari).Pergantian raja yang terjadi dikerajaan senghasari dikarenakan
aksi saling membunuh dari raja satu dengan raja yang lain kecuali masa
pemerintahan wisnuwardana yang mati secara wajar. Sedangkan waktu pemerintahan
kertajaya, dia ingin mempersatukan Nusantara dengan politiknya yakni politik
luar negeri dan politik dalam negeri.
DAFTAR
RUJUKAN
Koeswoyo,
E. 2009. Kisah raja-raja legendaries.
Garailmu:Jogjakarta.
Pitono,
R. 1978. Sejarah Indonesia.
Utama:Malang.
Soejono,
R.P. 2010. Sejarah Nasional Indonesia.
Balai Pustaka:Jakarta.
Soekmono.
1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan
Indonesia II. Kanisius:Jakarta.